Liputan6.com, Jakarta - Rencana tawuran geng remaja All Star dan Jawara sempat menyita perhatian di Surabaya, Jawa Timur. Para orangtua pun diimbau untuk mendampingi anak-anaknya sehingga tidak terlibat dalam kumpulan geng yang menyebabkan aksi negatif.
Dosen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Universitas Airlangga Surabaya, Margaretha P.G mengatakan, geng terbentuk karena ada sekelompok orang yang memiliki nilai-nilai sama. Pada masa remaja, seseorang mencari kelompok atau geng yang memiliki nilai dan sesuai dengan dirinya. Pencarian kelompok itu dilihat dari umur, perasaan dan tujuan yang sama terutama yang dapat menerima individu.
"Masa remaja ingin mencari kelompok atau bagian dari kelompok yang sesuai diri. Hubungan sosial dengan teman sebaya, umur sama, dan mencari identitas serta diakui orang lain," ujar Margaretha saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Sabtu (19/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
Ia menuturkan, ada geng tersebut kadang berkonotasi negatif misalkan terlibat tawuran, narkoba dan lainnya. Akan tetapi, sebaliknya bila kelompok tersebut menjalani kegiatan positif juga berdampak baik untuk seseorang dan individu.
Oleh karena itu, menurut Margareta, ada sejumlah hal yang dapat dilakukan orangtua sehingga anak tidak terlibat geng yang berdampak negatif untuk tumbuh kembang anak terutama di masa remaja.
Pertama, orangtua perlu memahami masa remaja yang dijalani anak. Orangtua dinilai perlu juga mendampingi anak dengan mengetahui dan mengenal siapa saja yang menjadi teman-teman anaknya. Dengan begitu orangtua juga tahu kegiatan apa saja yang dilakukan anak.
"Orangtua perlu berinteraksi dengan anak-anak. Selain itu, mengingatkan anak mengenai nilai-nilai yang sesuai,dan tidak masuk dalam kelompok yang salah," tutur Margareta.
Kedua, Margetha mengingatkan orangtua untuk mendorong anaknya memiliki kegiatan dan aktivitas positif.”Jangan biarkan anak terlalu memiliki banyak waktu luang tanpa aktivitas. Misalkan kebanyakan nongkrong, main gadget. Akan tetapi, dorong anak misalkan ikut les, ikut kegiatan positif sehingga punya kesibukan,” ujar dia.
Ketiga, Margareta menuturkan, orangtua juga perlu membangun komunikasi yang terbuka dengan anak. Di masa remaja, menurut Margeta, anak bisa mendapatkan tekanan dari teman-teman sebayanya. Oleh karena itu, ajak anak untuk bercerita dan terbuka kepada orangtua sehingga ada masalah anak bisa cerita ke orangtua.
Selain itu, Margaretha juga mengingatkan orangtua juga harus memberikan contoh baik kepada anaknya. Bila orangtua mengingatkan anaknya untuk tidak terlibat tawuran, di rumah juga harus menciptakan suasana harmonis dan baik. “Orangtua jangan ngomong doing tetapi orangtua juga harus patuh dengan perbuatan dan omongannya,” ujar dia.
*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Jurus Wali Kota Risma Atasi Tawuran Geng Anak Surabaya
Sebelumya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) memberikan pengarahan anak-anak yang terindikasi tawuran. Pengarahan yang digelar di Gedung Siola itu diwarnai isak tangis, karena anak-anak ini diminta Risma untuk minta maaf kepada orangtuanya masing-masing dan mencium kaki orangtuanya, Kamis, 10 Oktober 2019.
Kala itu, ibu-ibu yang menerima anaknya minta maaf langsung terisak tangis. Hampir semua orangtua yang diminta maju ke depan dan anak-anaknya minta maaf, tak kuasa menahan tangisnya. Sesekali mereka menghapus air mata yang tumpah itu melalui kerudungnya.
Selain itu, anak-anak yang mendapatkan pengarahan dari Risma dan Kapolrestabes Surabaya itu diminta untuk saling bermaaf-maafan dan berpelukan.
Bahkan, Risma meminta setelah keluar dari ruangan itu tidak ada lagi geng Jawara atau geng All Start. "Kalian harus janji setelah keluar dari ruangan ini tidak ada lagi geng-gengan, yang ada adalah arek-arek Suroboyo. Setuju?" tanya Wali Kota Risma kepada anak-anak itu sembari dijawab "setuju".
Di samping itu, anak-anak ini juga diminta untuk menuliskan biodatanya dilengkapi dengan keinginannya dalam secarik kertas yang sudah diberikan oleh jajaran Pemkot Surabaya.
Setelah mereka menuliskan itu, satu persatu lembaran itu dilihat oleh Wali Kota Risma. "Setelah saya lihat, ternyata mereka ini normal, tapi memang mereka tidak mengerti, banyak yang ikut-ikutan,” kata dia.
Risma juga memastikan, sudah meminta tolong kepada Kapolrestabes Surabaya untuk mencari otak atau aktor di balik kejadian itu. Sebab, anak-anak ini seolah-olah ditekan untuk ikut dalam geng mereka.
"Mereka ini hampir 95 persen tidak mengerti. Jadi, ini ada otak yang menggerakkan mereka. Tapi otaknya ini berada di belakang. Katanya dua orang sudah ditangkap dan akan ditindaklanjuti,” tegasnya.
Advertisement
Risma Minta Lapor Kepolisian
Risma menuturkan, yang paling penting anak-anak ini tidak mudah percaya kepada siapapun yang mengajak untuk tawuran. Misalnya seperti disampaikan anak-anak tadi bahwa ada yang mengajak dan ditekan serta diancam.
"Anak-anak ini tidak perlu takut. Bahkan, tadi ada yang cerita bahwa sudah keluar dari grup WA, tapi kemudian mereka dipaksa lagi, ditarik lagi oleh mereka dan ditakut-takuti," ujarnya.
Ia juga memastikan, pihak kepolisian sudah mendeteksi oknum-oknum yang mengajak tawuran itu, sehingga berkali-kali Risma meminta anak-anak itu untuk tidak takut pada oknum yang mengancamnya.
Bahkan Risma juga meminta untuk langsung melaporkan kepada pihak kepolisian melalui nomor 110 atau melalui aplikasi Jogo Suroboyo. "Bisa juga langsung menghubungi 112. Nanti kita tindaklanjuti, jadi jangan takut," imbuhnya.
Laporkan Lewat Aplikasi Jogo Suroboyo
Sementara itu, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho juga meminta apabila ada kejadian yang mengganggu keamanan dan ketertiban Surabaya untuk melaporkan kepada pihak kepolisian melalui aplikasi Jogo Suroboyo itu.
"Tolong difotokan melalui aplikasi itu, nanti kami akan tindaklanjuti,” tegasnya.
Sandi juga meminta tawuran yang mengganggu keamanan dan ketertiban itu tidak boleh terjadi lagi. Bahkan, ia juga memastikan bahwa dengan kemajuan teknologi saat ini, pihaknya lebih tahu pergerakan dari geng-geng ini, sehingga beberapa kali pun dibubarkan oleh pihak kepolisian. "Jadi, kami bisa memonitor adik-adik ini, makanya kami bubarkan," ujar dia.
Sandi menuturkan, dengan keroyokan itu tidak keren dan bukan anak-anak milenial yang mau maju dan berprestasi. Oleh karena itu, dia mengajak kepada semua pihak untuk bersama-sama menjaga anak-anak ini. "Sebab, mereka inilah penerus bangsa ke depannya,” pungkasnya.
Advertisement