15 Januari, Saat Banjir Melanda Surabaya dan Surut Sekitar 3 Jam

Ketika banjir menerjang di 32 titik lokasi di Surabaya pada Rabu sore 15 Januari 2020 menjadi sorotan warganet.

oleh Dian KurniawanAgustina Melani diperbarui 18 Jan 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2020, 17:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Rumah pompa di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Hujan deras mengguyur Surabaya, Jawa Timur pada Rabu sore 15 Januari 2020 menyita perhatian. Bahkan hingga menjadi trending topic di twitter, Surabaya Banjir.

Pada Rabu, 15 Januari 2020,  sekitar 9.895 cuitan warganet yang mengabarkan Surabaya banjir. Hujan deras di Surabaya tersebut mengakibatkan banjir di sejumlah lokasi. Diperkirakan ada 32 titik lokasi banjir dengan ketinggian bervariasi kurang lebih 10 cm-80 cm. Salah satu jalan yang sempat jadi sorotan yaitu di Jalan Mayjen Sungkono.

Mengutip Antara, banjir juga terjadi di sejumlah kawasan seperti Kendangsari, Ketintang, Bogowonto dan lainnya.

Kepala BPB Linmas Surabaya, Eddy Christanto menuturkan, hujan deras yang melanda Surabaya pada Rabu sore 15 Januari 2020 termasuk kategori deras. Hujan mulai pukul 15.50-17.10 WIB dengan curah hujan 100 mm per detik per hari. Hal tersebut juga menyebabkan banjir di Surabaya.

Selain itu,  sampah yang dibuang warga sembarangan masih mewarnai penghambat pelaluan air di Jalan Mojopahit dan beberapa lokasi lainnya. “Kalau di vida petugas dari pengelola terlambat membuka pintu air di sisi timur,” ujar Eddy saat dihubungi Liputan6.com.

Meski sebagian wilayah Surabaya mengalami banjir setelah diguyur hujan dalam waktu kurang lebih empat jam, dalam waktu kurang dari tiga jam banjir surut.

Hal itu seperti disampaikan warga Desa Kendangsari, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Mei Rahmawati.

“Hujannya cukup deras, tapi setelah tiga jam berlalu airnya sudah surut. Sekarang warga sudah beraktivitas seperti biasa,” ujar Mei pada Rabu malam, 15 Januari 2020.

Berikut sejumlah hal terkait banjir yang terjadi di Surabaya cepat surut dan menyedot perhatian pada pekan ini:

Penyebab Kawasan Jalan Mayjen Sungkono Banjir

Hujan deras mengguyur Surabaya pada Rabu sore, 15 Januari 2020 membuat sejumlah wilayah banjir termasuk di Jalan Mayjen Sungkono. Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot Surabaya) menyebutkan struktur tanah di Kawasan Jalan Mayjen Sungkono cekung. Selain itu, Pemkot Surabaya juga terkendala membuat box culvert yang besar.

"Jadi setiap hujan pasti kawasan di situ terjadi genangan karena struktur tanah yang memang cekung,” ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Surabaya, M.Fikser pada Kamis, 16 Januari 2020.

Fikser menuturkan, pihaknya masih berkomunikasi dengan pengembang pemilik area untuk memasang box culvert. Karena belum bisa membuat box culvert sehingga membuat kawasan Mayjen Sungkono terjadi banjir.

“Kita harus bongkar pagar untuk pasang box culvert sekitar dua meter di situ. Kepala Dinas PU sudah tiga kali berkomunikasi dengan mereka, tapi belum ada titik temu. Kita ingin di situ pasang box culvert, pagarnya nanti kita bongkar setelah itu kita bangun kembali,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Banjir Surut dalam 2-3 Jam

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Sejumlah kawasan di Surabaya banjir pada Rabu, 15 Januari 2020. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya, Erna Purnawati menuturkan, ada berbagai upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi banjir. Salah satunya memastikan 204 pompa yang berada di 59 titik rumah pompa dengan kondisi baik.

“Kalau terkait sarana-prasarana di Surabaya, InsyaAllah semua kondisinya siap. Apalagi sama ibu wali kota pompanya juga sudah diganti yang besar-besar (kapasitas), sehingga air surutnya cepat,” tutur Erna, Kamis, 16 Januari 2020.

Rumah pompa juga didukung dengan genset untuk mengantisipasi saat listrik padam sehingga masih dapat bekerja. Ada 111 genset yang telah disiapkan pemkot untuk mendukung  kinerja di rumah-rumah pompa tersebut.

“Sebagus apapun pompa kita, kalau listriknya mati missal dalam 10 menit saja, maka air pasti sudah langsung naik (meluap). Nah itu, sudah diantisipasi juga oleh ibu wali kota dengan pengadaan genset,” kata dia.

Selain itu, dedaunan juga dapat membuat saluran tersumbat sehingga air tidak bisa masuk ke dalam saluran kemudian meluap ke jalan.

“Kadang ketika hujan disertai angin, ada dedaunan atau apa-apa itu menutup saluran. Sehingga air tidak bisa masuk ke box culvert,” kata dia.

Hal itu yang terjadi di kawasan Ruko Darmo Park II Mayjend Sungkono Surabaya. Selain saluran kecil dan beberapa dedaunan juga menyumbat sehingga membuat air meluap ke jalan. Jajaran Pemkot Surabaya pun sigap untuk atasi hal itu sehingga banjir surut dalam dua jam.

Siap Hadapi Puncak Musim Hujan

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Rumah pompa di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Puncak musim hujan dengan intensitas tinggi yang diprediksi pada Februari-Maret 2020. Erna menuturkan dapat meminimalkan genangan. Hal itu asal didukung masyarakat Surabaya untuk menjaga dan merawat berbagai saluran air.

“Asalkan segenap warga kota Surabaya turut menjaga dan merawat berbagai saluran air yang telah selesai dibenahi. Misalnya tidak membuang sampah di dalamnya sehingga air hujan bisa mengalir dengan normal. Jadi percuma saja, kalau kita sudah membenahi sarana dan prasarana untuk mencegah banjir kalau warga tidak ikut merawatnya,” tutur dia.

Tak hanya itu, di Surabaya, terdapat sekitar 1.300 satgas PU yang bertugas normalisasi saluran-saluran atau box culvert yang tidak bisa dijangkau oleh alat berat.

“Jadi mereka yang melakukan normalisasi saluran ketika alat berat itu tidak bisa menjangkau,” ujar Erna pada Jumat, 17 Januari 2020.

Jika musim hujan, Satgas PU yang berjumlah 1.300 orang akan disebar untuk membantu pekerjaan di rumah-rumah pompa. Setidaknya ada 250 operator di 59 lokasi rumah pompa yang tersebar di beberapa titik Surabaya. Mereka pun terbagi menjadi tiga shift kerja.

"Satu rumah pompa itu terdapat 3 hingga 8 pompa. Sementara petugasnya, ada 250 an (operator), belum termasuk bagian penyarang sampah, kira-kira ada 300 an,” kata dia.

Pemkot Surabaya juga memiliki 72 alat berat untuk normalisasi saluran-saluran di Surabaya. Pengerukan saluran menggunakan alat berat tak hanya dilakukan di waktu musim hujan. Hal ini sebagai salah satu agar Surabaya aman dari banjir.

“Jadi 72 alat berat itu juga tidak pernah berhenti, dari tanggal 1 (Januari) sampai Desember setiap tahunnya,” ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya