Liputan6.com, Jakarta - Dunia sedang berlomba mencegah penyebaran virus corona COVID-19, banyak elemen masyarakat yang bekerja sesuai kemampuannya masing-masing melakukan pencegahan itu. Masyarakat hingga para ahli bahu-membahu, berkejaran dengan waktu.
Virus corona COVID-19 memiliki ciri penyebaran yang sangat cepat. Untuk itu, butuh upaya bersama dalam mencegah penyebarannya. Harapannya, virus mematikan ini bisa cepat berlalu.
Sejumlah inovasi telah dikembangkan oleh anak bangsa. Salah satunya, inovasi untuk mengurangi kontak fisik antara pasien dengan tenaga medis, sebagai garda terdepan penangan virus ini.
Advertisement
Inovasi ini sangat penting mengingat kontak fisik merupakan cara paling mudah bagi virus ini untuk menyebar. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Airlangga (Unair) meluncurkan Robot Medical Assistant ITS-Unair (RAISA).
Robot pelayan pasien COVID-19 ini juga sekalian diserahterimakan kepada RS Universitas Airlangga (RSUA) di Gedung Pusat Robotika ITS, Selasa (14/4/2020).
Rektor ITS, Prof Dr Mochamad Ashari mengungkapkan, proyek tersebut telah dilakukan bersama dengan Unair dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) untuk menyelesaikan satu persatu masalah yang ditimbulkan oleh ada pandemi Corona Covid-19.
Baca Juga
"Hari ini kami berharap kontribusi yang diberikan dapat memberikan manfaat untuk para tenaga medis maupun masyarakat,” ujar dia.
Rektor yang akrab disapa Ashari ini memaparkan, RAISA telah dirancang oleh orang-orang yang handal dan tim robot ITS yang sudah memenangkan berbagai lomba di mancanegara.
"Dengan menggandeng orang-orang medis dari RSUA, semakin melengkapi fitur pada robot yang akan dibutuhkan pasien nantinya,” ujar guru besar Teknik Elektro ITS ini.
Sementara itu, Direktur Utama RSUA Nasronudin juga mengapresiasi atas hasil kerja sama yang dilakukan. Ia mengungkapkan, banyak tenaga medis di Unair membutuhkan pengaplikasian teknologi dari ITS.
"Robot ini mampu memberikan pelayanan kepada pasien yang sedang diisolasi seperti mengantar makanan, pakaian, maupun obat-obatan,” ungkapnya.
Dokter yang akrab disapa Nasron tersebut menambahkan, walaupun dengan ada robot ini, pasien juga tetap memerlukan perawat, setidaknya intensitas interaksinya saja yang berkurang.
"Perlunya sentuhan hati dan interaksi langsung dibutuhkan juga sesekali untuk mendukung psikologi dari pasien COVID-19 sendiri,” ujar dokter 63 tahun tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Robot Humanis
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITS Mohammad Nuh memaparkan, ada banyak nilai yang ada pada RAISA ini. Contohnya, nilai kemanusiaan, karena perawat atau tenaga medis yang biasanya harus berinteraksi dengan pasien sudah bisa digantikan dengan robot.
"Sehingga dengan adanya robot ini, tenaga medis bisa mempunyai tenaga lebih dan mengurangi terjadinya penularan,” tuturnya.
Mantan Mendikbud ini menambahkan, nilai ekonomi juga bisa didapatkan, karena jika memesan robot dari luar negeri biayanya hanya akan menguntungkan mereka (produsen luar negeri) saja. Karena itu, ITS dan Unair percaya bisa membuatnya sendiri sehingga akan menghasilkan nilai ekonomi yang lebih besar.
"Tak lupa nilai kebersamaan, bersama Pemprov (Jatim), ITS dan Unair bersama mengurangi penyebaran SARS-Cov-2," kata profesor yang akrab disapa Nuh ini.
Dalam demo robot yang perkiraan menghabiskan biaya Rp 100 juta per unit ini, Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Emil Elestianto Dardak ikut merasakan kecanggihan dan melakukan uji coba langsung kepada robot ini.
"RAISA ini menarik, selain penampilan interface-nya yang cute, juga bisa menghubungkan pasien dengan perawat yang ada di luar melalui layar,” ungkap Emil puas.
Wagub kelahiran Jakarta ini mengharapkan agar robot RAISA ini dipercepat produksinya, apabila sudah dioperasikan dengan baik di RSUA, diharapkan bisa segera dioperasikan secara massal.
"Karena kami (Pemprov Jatim) sudah menyiapkan dana dari APBD yang khusus untuk mengembangkan riset dan teknologi,” ujar dia.
Lewat Koneksi WIFI
Sementara itu, Muhtadin, salah satu tim peneliti robot dari ITS menuturkan, jika robot ini bisa beroperasi bergantung pada koneksi Wireless Fidelity (Wifi). Dengan spesifikasi baterai 0,85 kWh RAISA digadang-gadang mampu bertahan sekitar 8-10 jam.
"Uji coba juga sudah dilakukan, sedang untuk menjaga kesterilannya juga bisa dilakukan dengan menggunakan disinfektan,” papar dosen Teknik Komputer ITS ini.
RAISA ini dikendalikan menggunakan remote control dari jarak jauh dengan joystick. Robot ini merupakan gabungan teknologi yang ada pada empat robot milik ITS sebelumnya, yakni robot sepakbola beroda (Iris), robot kapal tanpa awak (Barunastra), robot humanoid (Ichiro) dan robot untuk Kontes Robot Indonesia (KRI).
Robot setinggi 1,5 meter ini dilengkapi dengan empat rak secara bersusun yang bisa membawa banyak barang maksimal 50 kilogram. Selain itu juga dilengkapi monitor untuk komunikasi dua arah antara tenaga medis dengan pasien menggunakan multimedia.
Advertisement
Data Real Time Corona COVID-19 Jawa Timur
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur membuat layanan data real time persebaran pasien Corona COVID-19 di Jawa Timur. Hal ini untuk masyarakat lebih waspada dan menerapkan jaga jarak atau physical distancing.
Hal itu diunggah Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dalam akun instagramnya @khofifah.ip, Rabu (15/4/2020). Ia mengunggah video berisi data real time persebaran pasien COVID-19.
Khofifah menuturkan, masyarakat kini dapat memperbaharui data real time persebaran pasien COVID-19 di laman http://radarcovid19.jatimprov.go.id. Data tersebut juga termasuk akses rumah sakit terdekat yang bisa dituju apabila butuh penanganan segera.
"Layanan ini menjadi salah satu upaya Pemprov Jatim untuk memutus mata rantai persebaran COVID-19 dengan cara transparansi data,” tulis Khofifah.
Lebih lanjut ia menulis, kalau layanan ini diharapkan dapat membuat masyarakat lebih waspada dan disiplin menerapkan physical distancing demi kepentingan bersama. Unggahan khofifah tersebut pun telah diputar 83.683 tayangan dan mendapatkan 261 komentar hingga artikel ini dibuat.
Diacak by Sistem
Saat dicek laman tersebut memang menunjukkan tanda titik-titik merah yang menunjukkan kasus positif COVID-19. Saat diklik tanda merah akan menunjukkan kasus positif COVID-19 dengan ada informasi usia pasien, jenis kelamin, kecamatan dan kabupaten. Akan tetapi, titik merah bukan titik tepat lokasi pasien COVID-19.
Selain itu, ada juga gambar berupa bangunan atau rumah sakit, dan ketika diklik akan menunjukkan rumah sakit di kabupaten atau kota. Kemudian ada informasi kapasitas ruang isolasi dan ketersediaan ruang isolasi saat ini.
Pada informasi kapasitas ruang isolasi tersebut ditunjukkan informasi mengenai isolasi dengan ventilator, isolasi tanpa ventilator, dan isolasi biasa. Demikian juga dengan ketersediaan ruang isolasi saat ini yaitu isolasi dengan ventilator, isolasi tanpa ventilator dan isolasi biasa.
Pada laman radar covid ini juga memiliki layer peta yang berisi batas administrasi yaitu layer kecamatan dan lokasi pasien yang konfirmasi. Kemudian ada layer observasi dengan layer observasi rumah sakit dan ruang observasi.
Namun, ada disclaimer mengenai titik merah tersebut. Disebutkan, titik merah bukan titik persis lokasi pasien positif Covid-19 namun diacak by system dalam radius 1 km dari alamat domisili pasien di area kecamatan tersebut.
Update kapasitas RS dapat dilakukan secara realtime oleh Rumah Sakit. Untuk konfirmasi langsung dapat menghubungi nomer terlampir di tiap RS.
Titik bersifat di mana domisili kasus positif Covid-19. Sehingga baik kasus sembuh maupun meninggal tetap di tampilkan, agar masyarakat tetap waspada. Tetap Jaga Kesehatan yaa, ingat #dirumahaja
Bilik Pemeriksaan Corona COVID-19
Sebelumnya, Pemerintah Kota Surabaya membuat booth pemeriksaan terkait Corona COVID-19 yang ditempatkan di rumah sakit pemkot Surabaya. Booth pemeriksaan atau bilik pemeriksaan ini terinspirasi dari Korea Selatan yang berinovasi buat bilik tersebut untuk hadapi Corona COVID-19.
Pada tahap awal, dua booth yang dibuat dan ditempatkan di RSUD Bhakti Dharma Husada (BHD) dan RSUD Soewandhie Surabaya. Booth dengan ukuran 90x150x200 cm ini diharapkan mampu meminimalkan kontak langsung antara petugas medis dengan pasien. Dibutuhkan waktu tiga pembuatan untuk membuat satu booth tersebut.
Kabag Humas Kota Surabaya, Febriadhitya Prajatara menuturkan, booth tersebut untuk mendukung tenaga medis dalam memeriksa pasien termasuk pasien dalam pengawasan (PDP) yang diswab. Booth ini diharapkan dapat meminimalkan risiko tenaga medis saat memeriksa pasien. Hal ini mengingat sejumlah tenaga medis ada yang terpapar COVID-19.
"Saat memeriksa dengan swab alat dimasukkan ke hidung atau mulut, itu kalau tidak tahan akan bersin, dan droplet bisa kena,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 9 April 2020.
Ia menuturkan, tenaga medis juga memakai alat pelindung diri (APD) saat di booth pemeriksaan untuk meminimalkan risiko. Pemkot Surabaya juga mendapatkan tambahan booth pemeriksaan tersebut dari IT Telkom. Febri mengatakan, ide awal pembuatan booth ini juga dari usulan petugas medis dan melihat pemakaian booth pemeriksaan di luar negeri.
"Di luar negeri sudah banyak seperti ini (booth pemeriksaan-red). Teman-teman dinas kesehatan coba buat. Ini upaya perhatian Pemkot Surabaya untuk tenaga medis,” kata dia.
Advertisement