Liputan6.com, Surabaya - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyampaikan neraca perdagangan Jatim periode Januari-Mei 2020 atau selama pandemi COVID-19 ini relatif lebih baik dibandingkan dengan periode sama pada 2019.
Ini ditunjukkan dari nilai defisit yang mengecil dari USD 1,43 miliar menjadi USD 0,11 miliar. Terdiri dari neraca perdagangan migas defisit USD 1,32 miliar dan neraca perdagangan non-migas surplus USD 1,21 miliar.
"Membaiknya neraca perdagangan luar negeri Jatim periode Januari-Mei 2020 ini ditopang oleh ekspor nonmigas yang mengalami peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 1.828,57 persen, dari defisit USD 0,07 miliar menjadi surplus USD 1,21 miliar," kata Khofifah, ditulis Selasa (23/6/2020).
Advertisement
Baca Juga
Komoditas perhiasan atau permata menjadi penyelamat bagi ekspor nonmigas Jawa Timur pada masa pandemi ini. Kondisi prekonomian global yang tidak pasti mendorong masyarakat untuk memilih perhiasan atau permata sebagai sarana investasi yang aman dan memadai (safe heaven).
Khofifah menyampaikan, komoditas perhiasan atau permata memberikan kontribusi terbesar yaitu 24,23 persen terhadap ekspor nonmigas Jawa Timur dan mencatatkan kenaikan terbesar yaitu 60,48 persen dibandingkan dengan Januari-Mei 2019.
Swiss adalah salah satu negara tujuan ekspor perhiasan atau permata dan pada periode Januari-Mei 2020 nilai ekspor ke Swiss meningkat sebesar 231,39 persen dibandingkan Januari-Mei 2019.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat
Meskipun begitu, harus diakui, pandemi COVID-19 tetap berimbas terhadap neraca perdagangan luar negeri Jawa Timur. Penurunan aktivitas produksi industri karena ada pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat maupun perusahaan menyebabkan terjadinya penurunan impor bahan baku atau penolong.
Penurunan sangat signifikan terjadi pada komoditas besi dan baja yang turun 29,28 persen. Saat ini, pemerintah mulai memulihkan aktivitas perdagangan dan industri yang diharapkan mampu kembali menggerakkan kinerja perekonomian.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan memperkuat kapasitas sektor yang berkontribusi signifikan terhadap kinerja perdagangan, diantaranya perhiasan atau permata.
"Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat untuk mengatasi hambatan perdagangan baik itu bea masuk maupun regulasi impor di beberapa negara," tegas Khofifah.
Khofifah optimistis, neraca perdagangan akan segera membaik, stimulus kepada pelaku usaha baik di sektor industri maupun perdagangan diberikan melalui pendampingan, bantuan permodalan, pelatihan dan sosialisasi.
Pandemi COVID-19 nyatanya telah menggeser pola konsumsi masyarakat global. Komoditas pangan dan produk kesehatan menjadi komoditas yang diprediksi meningkat ekspor ke depannya.
Industri makanan dan minuman merupakan salah satu komoditas unggulan di Jawa Timur dengan kontribusi sebesar 34,96 persen terhadap sektor industri pengolahan, sedangkan industri kimia, farmasi dan obat tradisional berkontribusi sebesar 6,47 persen.
"Oleh karena itu peluang bagi Jawa Timur masih sangat luas. Pemerintah siap memberikan dukungan dan pendampingan bagi para pelaku usaha untuk bersama-sama memulihkan kinerja perekonomian," pungkas Khofifah.
Advertisement