Jatim Masuki Peralihan Musim ke Kemarau, Waspada Bencana Hidrometeorologi

Kasi data dan informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto mengatakan, secara umum pada akhir Maret sampai dengan April sudah memasuki peralihan musim.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mar 2021, 20:18 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2021, 20:18 WIB
Ilustrasi cuaca berawan di Surabaya, Jawa Timur (Photo by Wayne Low on Unsplash)
Ilustrasi cuaca berawan di Surabaya, Jawa Timur (Photo by Wayne Low on Unsplash)

Liputan6.com, Surabaya - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Juanda menyatakan, Jawa Timur sedang memasuki peralihan musim dari hujan ke musim kemarau. Masyarakat pun diminta untuk mewaspadai sejumlah potensi bencana hidrometeorologi. 

Kasi data dan informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto mengatakan, secara umum pada akhir Maret sampai dengan April Jatim sudah memasuki peralihan musim. 

"Rata-rata akhir Maret sampai dengan April sudah masuk musim peralihan," katanya di Sidoarjo, Jumat (26/4/2021) seperti dikutip dari Antara. 

Ia mengemukakan saat peralihan musim seperti sekarang ini masyarakat Jatim diminta untuk mewaspadai terjadinya kemungkinan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor atau juga angin kencang dan juga puting beliung. 

"Kami juga sudah mengeluarkan peringatan dini terkait dengan pancaroba atau masa peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau," katanya. 

Ia mengatakan, pancaroba ini bukan musim tetapi masa peralihan musim yang ditandai oleh kondisi cuaca yang tidak menentu, dari panas tiba-tiba hujan, dari angin tenang tiba-tiba berubah angin kencang dan sebagainya. 

"Waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem seperti terjadinya puting beliung, hujan lebat disertai petir, hujan es," katanya. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Bersihkan Sampah

Ia mengatakan, dampak yang ditimbulkan dari peralihan musim ini di antaranya adalah banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencan, pohon tumbang dan juga jalan licin. Menurutnya, masyarakat bisa melakukan perbaikan atap rumah untuk antisipasi cuaca ekstrem, memeriksa pohon papan reklame atau baliho. 

"Kemudian masyarakat juga bisa membersihkan sampah yang menghambat laju air, waspadai gangguan kesehatan dengan menjaga ketahanan tubuh, menjaga kebersihan lingkungan untuk menghindari demam berdarah serta mengikuti perkembangan informasi cuaca di media sosial milik BMKG," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya