Ronda Digital Jadi Jurus Cegah Anak Terpapar Covid-19 di Jatim

Pemprov Jatim bersama komunitas Akatara Jurnalis Sahabat Anak, Forum Anak Jatim serta UNICEF Indonesia mengelar Ronda Digital secara virtual.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jul 2021, 05:15 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2021, 05:15 WIB
Pemprov Jatim bersama komunitas Akatara Jurnalis Sahabat Anak mengelar Ronda Digital secara virtual. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Pemprov Jatim bersama komunitas Akatara Jurnalis Sahabat Anak mengelar Ronda Digital secara virtual. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) bersama komunitas Akatara Jurnalis Sahabat Anak, Forum Anak Jatim serta UNICEF Indonesia mengelar Ronda Digital secara virtual.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jatim  Andriyanto menuturkan, penularan Covid-19 terus melonjak, terutama klaster keluarga.

"Tercatat, sampai 18 Juli sudah ada 226.521 kasus positif di Jawa Timur tersebut, dari jumlah itu ada 19.978 anak yang positif COVID-19," ujar Andri, Senin (19/7/2021).

"Ini menyedihkan, klaster keluarga terus naik. Dan ada 89 anak-anak yang meninggal karena Covid-19. Sebanyak 42 anak usia 0-5 tahun dan 47 anak usia 6–18 tahun,” katanya.

Ia melanjutkan, kejadian lonjakan kasus Covid-19 di Jawa Timur ini banyak terjadi pada klaster keluarga. Lonjakan klaster keluarga bermula dari penyebaran virus corona yang berasal dari anggota keluarga atau orang yang tinggal satu rumah.

Biasanya, lanjut Andri, penyebaran berawal dari seseorang yang sudah lebih dahulu tertular lalu menularkannya pada anggota keluarga lain.

“Ada beberapa faktor yang menyebabkan klaster keluarga semakin masif antara lain membiarkan anak-anak bermain bersama di lingkungan komplek atau perumahan tanpa protokol kesehatan," ujarnya.

"Kegiatan berkumpul warga pun menjadi cara virus corona menyebar dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain dengan mudah. Sebab, biasanya saat warga sudah berkumpul, jaga jarak sulit sekali diterapkan,” ungkapnya.

Adanya kematian pada anak ini sudah menjadi warning keras. Apalagi kasus yang meninggal dunia lebih dari satu. “Ukurannya kalau ada satu anak meninggal saja itu sudah wabah, ini sudah 89 anak yang meninggal. Jadi kita harus benar-benar waspada,” jelas Andri.

Andri menambahkan, sebenarnya anak-anak itu sulit sekali terpapar. Namun, Covid-19 ini sudah ada ribuan anak yang terpapar. Sehingga kondisi saat ini sudah masuk wabah bagi anak-anak.

Selain itu, lanjut Andri, anak-anak yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu kebanyakan gizi buruk. “Tapi bukan karena beratnya kurang saja ya, tapi mereka yang obesitas juga masuk kategori gizi buruk juga,” sambungnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Patuhi 3 M

Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Surabaya Ermi Ndoen menuturkan, anak-anak menjadi bagian penting dalam berbagai perubahan. Termasuk upaya mereka yang bisa mengajak teman sebayanya untuk patuh pada 3M. Sebab, salah satu upaya yang bisa memutus penularan Covid-19 adalah patuh pada protokol kesehatan.

“Anak-anak bisa berbicara melalui media sosialnya untuk mengajak teman sebayanya bahkan keluarganya. Ajakan untuk menerapkan 3M serta menjaga hidup sehat,” katanya.

Ronda Digital, katanya, menjadi literasi digital yang disukai anak-anak untuk menyampaikan pesan kebaikan di media sosial. Mereka bisa melakukan Siskamling dalam upaya menekan angka penularan Covid-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya