Festival Kucur, Cara Banyuwangi Jadikan Kuliner Tradisional Naik Kelas

Para peserta berlomba menghidangkan kue kucur dengan tampilan dan rasa yang menarik di acara yang digelar di Taman Blambangan.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 27 Jul 2022, 18:05 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2022, 18:05 WIB
Makan tradisional khas Banyuwangi kucur disajikan dalam Festival Kucur Banyuwangi.(Istimewa)
Makan tradisional khas Banyuwangi kucur disajikan dalam Festival Kucur Banyuwangi.(Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi - Pemkab Banyuwangi menggelar festival jajanan tradisional, yakni Festival Kucur. Kemeriahan festival ini menyedot antusias peserta maupun pengunjung yang ingin melihat aneka olahan kue tradisional tersebut.

Para peserta berlomba menghidangkan kue kucur dengan tampilan dan rasa yang menarik di acara yang digelar di Taman Blambangan. Berbagai jenis olahan kucur dari 26 peserta yang dibagi menjadi dua kategori, yakni kategori hotel/restoran dan UMKM/SMA ada di festival tersebut.

Ada berbagai jenis kucur kreasi warga yang ditampilkan dalam festival Kucur ini. Ada kucur merah putih, kucur pandan wangi, squid ink yaitu kucur dengan pewarna dari ikan cumi, kucur warna-warni yang disebut rainbow kucur.

Ada kucur dari bahan red velvet, hijau dari pandan, espresso, dan kucur berbahan kopi hingga kayu manis.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menjelaskan, Festival Kucur ini digelar untuk melihat kreasi masyarakat dalam pembuatan kue berbahan tepung terigu dan tepung beras itu. Biasanya, kata Ipuk, pembuatan kucur hanya memakai gula biasa atau pakai gula merah saja.

"Terus terang saya kaget akan kreativitas mereka. Dengan sentuhan kreatifitas ternyata kucur dapat dibuat dengan konsep yang berbeda dan unik. Jadi, ini tidak hanya sekedar kucur, tapi kucur naik kelas,” kata Bupati Ipuk Rabu (27/7/2022).

Terbukti dalam festival kucur ini banyak kreasi dan ide unik untuk membuat beragam jenis kucur. Dari sisi pewarnaan, para peserta juga sudah lebih kreatif. Mereka membuat kucur yang berwarna warni dengan bahan dasar dari alam.

Ditambahkan Ipuk, pemkab sengaja mengangkat kue kucur karena semua lapisan masyarakat mengenal dan menyukainya. Kue kucur banyak disuguhkan saat acara hajatan dan mudah ditemui di tempat kuliner Banyuwangi.

“Saat ini banyak makanan tradisional yang dikreasikan dan akhirnya banyak disukai anak-anak kita. Dengan kreasi rasa dan bahan, kucur ini bisa meningkat “daya saingnya” sehingga nilai ekonominya juga bisa meningkat,” jelas Ipuk.

Dari Pewarna Alam

Pewarna yang digunakan di jajanan kucur merupakan pewarna alami (Istimewa)
Pewarna yang digunakan di jajanan kucur merupakan pewarna alami (Istimewa)

Salah satu peserta Festival Kucur adalah SMK Sritanjung. Karyanya adalah rainbow kucur. Sesuai namanya, kucurnya berwarna warni. Pewarna yang digunakan seluruhnya berasal dari alam. Sehingga selain, enak dan menarik, rainbow kucur juga aman dari sisi kesehatan.

Menurut pembuatnya, Julia Rizky Khoirunisa, warna kucur rainbow 100 persen dari alam. Untuk warna merah diambil dari sari strawberry. Warna kuning dari sari buah mangga, warna toska dari sari bunga telang dan warna hijau dari sari pandan.

“Sama sekali tidak menggunakan pewarna buatan semuanya alami,” jelas siswa kelas XII Boga Satu SMK Sritanjung, Banyuwangi ini.

 

Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gejala dan Pencegahan Covid-19 Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya