Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan rumah tangga, suami diharapkan menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, termasuk dalam menjalankan ibadah. Namun, bagaimana jika suami justru malas sholat? Apakah istri berhak menuntut cerai atas kelalaiannya dalam menjalankan kewajiban utama sebagai seorang Muslim?
Sholat merupakan rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim. Sebagai seorang istri, melihat suami lalai dalam ibadah tentu menjadi ujian tersendiri. Selain khawatir akan nasib rumah tangga di dunia, ia juga takut akan akibat buruk di akhirat.
Advertisement
Permasalahan ini bukan sekadar urusan pribadi, tetapi juga berkaitan dengan tanggung jawab seorang suami dalam membimbing keluarganya ke jalan yang benar. Ketika suami tidak menjalankan sholat, istri kerap merasa kehilangan sosok pemimpin yang diharapkan dapat menuntunnya dalam kebaikan.
Advertisement
Dalam Islam, pernikahan didasarkan pada prinsip sakinah, mawaddah, dan rahmah. Namun, jika salah satu pasangan mengabaikan kewajibannya kepada Allah, harmoni dalam rumah tangga bisa terganggu. Lalu, bagaimana hukum menuntut cerai dalam kasus ini?
Mengutip Bincangsyariah.com, Imam Nawawi dalam kitab Raudh al-Thalibin wa Umdat al-Muftin menjelaskan bahwa seorang istri diperbolehkan menuntut cerai jika suaminya memiliki akhlak atau agama yang buruk. Dalam konteks ini, malas sholat dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk rendahnya spiritualitas suami.
كِتَابُ الخُلْعِ. هُوَ الفُرْقَةُ بِعِوَضٍ يَأْخُذُهُ الزَّوْجُ، وَأَصْلُ الَخُلْعِ مُجْمَعٌ عَلَى جَوازِهِ
Artinya: "Khulu' (gugat cerai) adalah perpisahan dengan pemberian kompensasi dari istri kepada suami. Pada dasarnya, khulu' disepakati kebolehannya, baik dalam kondisi perselisihan maupun kesepakatan." (Raudh al-Thalibin wa Umdat al-Muftin, Juz 7, Hal. 374).
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Pendapat Mazhab Hanbali
Selain itu, ulama dari mazhab Hambali juga berpendapat bahwa seorang wanita diperbolehkan meminta cerai jika ia merasa tidak bisa menjalankan hak-haknya sebagai istri akibat buruknya akhlak suami, termasuk dalam urusan agama.
وَجُمْلَةُ الْأَمْرِ أَنَّ المَرْأَةَ إِذَا كَرِهَتْ زَوْجَهَا، لِخَلْقِهِ، أَوْ خُلُقِهِ، أَوْ دِينِهِ...
Artinya: "Seorang wanita yang tidak menyukai suaminya karena akhlaknya, agamanya, atau alasan lainnya, dan ia khawatir tidak bisa menjalankan hak-hak suaminya, maka boleh baginya untuk meminta cerai dengan memberikan kompensasi." (Al-Mughni, Juz 7, Hal. 323).
Dengan demikian, istri yang merasa terbebani dengan suami yang malas sholat dapat mengajukan cerai. Sebab, kelalaian dalam sholat mencerminkan rendahnya tingkat keimanan seseorang, yang berpotensi merusak keharmonisan rumah tangga.
Namun, keputusan ini hendaknya diambil dengan penuh pertimbangan. Istri sebaiknya terlebih dahulu berusaha menasihati dan mengajak suaminya untuk lebih taat beribadah sebelum memilih jalan perceraian.
Dalam banyak kasus, suami yang awalnya malas sholat bisa berubah dengan pendekatan yang baik dari istri. Dengan doa dan dukungan moral, tidak sedikit yang akhirnya menyadari pentingnya sholat dan mulai menjalankannya secara rutin.
Advertisement
Jika Memang Malas Sholat, Keputusannya Boleh Begini
Meskipun begitu, jika segala upaya telah dilakukan tetapi suami tetap enggan melaksanakan sholat, istri memiliki hak untuk mengajukan cerai. Sebab, membangun rumah tangga dengan seseorang yang abai terhadap kewajibannya kepada Allah bisa berdampak negatif pada kehidupan keluarga.
Islam memberikan solusi dalam setiap permasalahan rumah tangga. Jika seorang istri merasa bahwa kehidupan berumah tangga dengan suami yang malas sholat hanya akan membawa kemudaratan, maka ia boleh menempuh jalur perceraian.
Penting untuk diingat bahwa pernikahan dalam Islam bukan sekadar ikatan duniawi, tetapi juga memiliki dimensi akhirat. Oleh karena itu, memilih pasangan yang sejalan dalam nilai-nilai agama menjadi faktor utama dalam menjaga keberlangsungan rumah tangga.
Maka dari itu, bagi calon pengantin, sangat dianjurkan untuk mencari pasangan yang tidak hanya baik secara lahiriah, tetapi juga memiliki komitmen dalam menjalankan ajaran agama. Hal ini akan membantu membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Pada akhirnya, jika seorang istri menghadapi situasi di mana suami tidak menjalankan sholat dan semua upaya telah dilakukan, ia memiliki dasar syar'i untuk mengajukan cerai. Keputusan ini tentu harus diambil dengan penuh pertimbangan agar membawa kebaikan di dunia dan akhirat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
