Dipercaya Bisa Bawa Kesejahteraan, Warga Banyuwangi Gelar Ritual Resik Kagungan

Suasana khidmat menyelimuti ketika sejumlah pusaka peninggalan leluhur dari warga lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, dibersihkan oleh masyarakat setempat.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 26 Jan 2024, 23:59 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2024, 23:59 WIB
Juru rawat makam Buyut Cungking Jam'i (Pakai Songkok Hitam) bersama sejumlah tokoh adat Cungking menggelar ritual bersih pusaka peninggalakan leluhur mereka (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Juru rawat makam Buyut Cungking Jam'i (Pakai Songkok Hitam) bersama sejumlah tokoh adat Cungking menggelar ritual bersih pusaka peninggalakan leluhur mereka (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Liputan6.com, Banyuwangi - Suasana khidmat menyelimuti ketika sejumlah pusaka peninggalan leluhur dari warga lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, dibersihkan oleh masyarakat setempat.

“Ini ritual sakral masyarakat Cungking. Setiap tahun pasti diselenggarakan supaya keselamatan dan kesejahteraan masyarakat terwujud,” kata, Juru Rawat Makam Buyut Cungking Jam'i, Jumat (26/1/2024).

Tradisi yang disebut ritual Resik Kagungan itu, digelar rutin tahunan yang dilakoni setiap bulan Rajab dalam penanggalan Jawa di Bale Tajug. Adat yang telah dilaksanakan secara turun-temurun itu tak lain adalah ritual membersihkan atau jamasan pusaka peninggalan dari Buyut Cungking bernama Ki Wongso Karyo, tokoh leluhur masyarakat setempat

Diterangkan Jam'i, Resik Kagungan tersebut bukan hanya semata-mata sebuah tradisi, tetapi juga doa hingga harapan supaya diwujudkan sebuah keselamatan dan kesejahteraan bagi masyarakat Banyuwangi.

Resik Kagungan pertama akan diawali dengan menyantap jenang Wonopuro. Kudapan tersebut menjadi simbol permohonan maaf kepada leluhur jika selama ritual terdapat sebuah kesalahan atau ada celah yang kurang sesuai. Pada kesempatan tersebut, masyarakat seluruhnya yang hadir diwajibkan untuk menyantap hidangan jenang Wonopuro itu.

Ritual kemudian dilanjutkan dengan, pengambilan pusaka yang disimpan di Tajug dengan penuh penghormatan.

Pusaka tersebut terdiri dari beberapa macam yang disimpan dalam besek bambu dengan diselimuti oleh kain putih, di antaranya yakni Tombak Kyai Gagak Rimang, Keris Kagungan, Sangku, Layang, Sirip Ikan Agung, Endog Kebo, Krikil Swargo, Krikil Madinah, Tepung Gelang dan Grito.

“Tombak Gagak Rimang ini pusaka Buyut Cungking. Konon, ada dua tombak, satu dipegang Presiden Soekarno dan satu lagi di Cungking ini,” ungkap Jam’i sembari membersihkan tombak dengan jeruk nipis, bubuk katul, dan serutan bambu.

 

Cermin Kekayaan Tradisi Masyarakat Banyuwangi

Sejumlah masyarakat cungking turunkan pusaka peninggalan leluhur mereka untuk dibersihkan (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Sejumlah masyarakat cungking turunkan pusaka peninggalan leluhur mereka untuk dibersihkan (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Dalam jamasan atau ritual resik tersebut, Tombak dan Keris Kagungan dibersihkan dengan menggunakan buah jeruk nipis, bubuk katul dan serutan dari bambu, yang dibersihkan secara bergilir oleh masyarakat yang duduk melingkar di dipan atau ranjang tidur.

Setelah tombak dan keris, pusaka lainnya dibersihkan menggunakan air. Masyarakat Cungking percaya, air yang digunakan untuk pembersihan pusaka-pusaka tersebut dapat menjadikan awet muda, hingga mendatangkan rezeki dan memberkahi kesehatan. Maka tak heran, banyak warga saling berebut menampung air tersebut ke dalam botol untuk dibawa pulang.

Dalam ritual Resik Kagungan tersebut menjadi sebuah cerminan kekayaan tradisi dan kepercayaan masyarakat Cungking. Ritual ini tidak hanya untuk merawat pusaka peninggalan leluhur, namun juga melestarikan semangat gotong royong dan mempererat kebersamaan ikatan silaturahmi antar warga. 

 

Infografis Ibadah Umrah Terimbas Virus Corona. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ibadah Umrah Terimbas Virus Corona. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya