Review Sony Cyber-shot DSC-QX30

Sony berhasil memberikan pengalaman berbeda. Kamera ini menawarkan fleksibilitas lebih ketimbang melakukan pengambilan gambar via smartphone

oleh Iskandar diperbarui 01 Apr 2015, 13:32 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2015, 13:32 WIB
Sony Cyber-shot DSC-QX30
Sony Cyber-shot DSC-QX30 (Iskandar/ Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Sony Cyber-shot DSC-QX30 berbeda dari kamera kebanyakan. Bila kamera pada umumnya hadir dengan bodi dan lensa, kamera yang masuk dalam keluarga QX-series ini memiliki bentuk layaknya sebuah lensa saja. Sementara untuk live view dan menu navigasi bisa menggunakan smartphone atau perangkat lain yang kompatibel.

Menariknya, kamera berbentuk unik ini dilengkapi sensor gambar khusus yaitu sensor Exmor R CMOS berukuran 1/2.3 inci dengan resolusi 20,4 megapiksel - sama seperti yang biasa Anda temukan di kamera compact.

Keunggulan utama yang ada pada kamera ini adalah memiliki lensa dengan zoom optik 30x - focal length 35mm setara dengan 24-720mm. Fitur lainnya adalah prosesor gambar Bionz X dan mampu merekam video full HD. Berbeda dengan seri DSC-QX1, DSC-QX30 tidak memiliki fitur flash internal dan tidak bisa membidik gambar dalam format RAW.

Kontrol dari jarak jauh

Karena memiliki optical zoom 30x, DSC-QX30 memiliki bodi yang sedikit lebih besar dari DSC-QX10 sehingga sulit dimasukkan ke dalam saku celana jeans. Kecuali jika saku celana Anda memiliki ukuran yang besar.

Untuk menggunakan kamera ini ada dua pilihan. Saat pengambilan gambar dengan cara yang lebih konvensional, Anda dapat melekatkannya ke bodi smartphone melalui klip di bagian belakang kamera.

Cara lainnya, Anda dapat mengontrol kamera dari jarak jauh menggunakan kamera dengan tripod, menaruhnya di atas meja atau hanya memegangnya di tangan untuk selfie.

Mayoritas kontroling dapat dilakukan melalui aplikasi PlayMemories (bisa di-download secara gratis untuk perangkat Android dan iOS). Di kamera ini terdapat beberapa tombol fisik, seperti tombol on/off, tombol shutter, dan tombol zoom. Untuk tombol shutter dan tombol zoom juga dapat dikontrol melalui aplikasi.

Selain itu Anda dapat menggunakan kamera tanpa menghubungkannya ke smartphone atau tablet, tetapi Anda akan membidik gambar tanpa live-view karena tidak ada layar yang menampilkan objek.

Mudah digunakan

Pada tampilan layar di smartphone, Anda akan menemukan panel kecil yang menampilkan masa pakai baterai dan informasi kartu memori yang dimasukkan ke dalam kamera. Anda tidak perlu menyertakan kartu memori jika kamera disinkronisasikan dengan smartphone karena gambar akan ditransfer langsung ke smartphone.

Anda juga dapat memilih ukuran gambar kecil untuk di-share langsung secara cepat ke situs jejaring sosial. Ukuran foto yang lebih besar bisa disimpan ke kartu memori eksternal.

Cara termudah untuk menghubungkan kamera ke smartphone adalah melalui koneksi Near Field Communication (NFC). Jika smartphone Anda tidak dilengkapi fitur tersebut, Anda harus menghubungkannya melalui Wi-Fi.

Secara teori, DSC-QX30 memang mudah digunakan. Akan tetapi, dalam prakteknya kami harus mencoba berulang kali untuk menghubungkan kamera ke smartphone melalui Wi-Fi.

Fleksibel, namun ada sedikit gangguan

Masalah kecil lainnya adalah pada saat menekan tombol shutter. Meskipun layar tidak menampilkan terlalu banyak lag, Anda harus menunggu beberapa detik (terkadang 10 detik) sampai gambar yang dibidik benar-benar tersimpan di memori smartphone atau microSD.

Namun pada saat kami melakukan zoom in/out, gerakannya cukup halus dan tidak begitu banyak lag. Kelebihan lainnya, antarmuka yang ditampilkan pada aplikasi memberikan pengalaman yang menyenangkan.

Anda dapat memilih beberapa mode eksposur, yang bisa diakses dari kiri atas layar. Anda juga dapat memilih mode pengambilan Auto, Program, Aperture priority, dan Shutter priority. Namun sayangnya, tidak ada mode Manual.

Kontroling mengesankan

Di bagian bawah layar terdapat berbagai parameter pemotretan. Jika menggunakan mode Aperture priority, Anda dapat melihat aperture yang dapat diatur melalui sliding bar.

Hal yang sama juga dapat dilakukan, seperti pada saat mengatur rentan ISO (sensitivitas). Untuk menetapkan titik autofokus, cukup tekan area fokus yang diinginkan pada layar.



Pengaturan lainnya bisa diakses melalui ikon tool di sudut layar, misalnya white balance. Namun, Anda tidak dapat mengubah mode metering. Bila Anda ingin melihat gambar yang telah diambil, tekan `gambar persegi` yang tampil di sudut layar.

Dari sini Anda dapat melihat hasil foto terbaru, atau dapat menekan ikon yang akan memunculkan semua foto yang diambil pada kamera, diurutkan berdasarkan tanggal.

Hasil foto

Semua gambar yang kami ambil diatur dalam format JPEG Fine 20 megapiksel, dengan file rata-rata sekitar 6 MB. Hasilnya, gambar terlihat cerah dan detail dengan menampilkan tingkat saturasi dan vibrant yang baik.

Saat menggunakan pengaturan white balance otomatis, sebagian besar hasil foto memiliki warna yang akurat. Yang mengesankan, kamera ini dapat meredam noise dengan baik. Namun, noise mulai muncul ketika kami memilih ISO 800.

Pada pengaturan ISO 1600, hasil gambar masih terlihat aman, tapi ISO 3200 tidak dianjurkan. Untuk kinerja telephoto optic-nya sendiri bisa dibilang sangat baik berkat fitur optical image stabilisation system yang ada.

Jika Anda ingin melakukan zoom hingga 30x, dianjurkan untuk menggunakan tripod agar gambar yang dihasilkan tetap jernih atau tidak blur. Sony Cyber-shot DSC-QX30 bahkan menawarkan pengaturan makro yang memungkinkan Anda untuk membidik objek dengan jarak 5 cm ketika lensa diatur ke wide-angle.

Kesimpulan

Sony berhasil memberikan pengalaman berbeda dalam dunia fotografi. Kamera ini menawarkan fleksibilitas lebih ketimbang melakukan pengambilan gambar melalui kamera smartphone.

Mungkin masalah terbesar dari Sony Cyber-shot DSC-QX30 adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghubungkannya ke smartphone atau tablet. Untuk smartphone berspesifikasi tinggi mungkin hanya memerlukan waktu beberapa detik, namun untuk smartphone kelas middle-end membutuhkan waktu yang cukup lama.

Dengan mengandalkan layar smartphone sebagai jendela bidik dan koneksi wireless (NFC atau Wi-Fi), itu berarti dapat menguras baterai smartphone Anda dengan cepat. Jadi, jangan heran bila baterai smartphone Anda lebih cepat habis dari pemakaian normal.

Terlepas dari hasil kualitas gambar yang dihasilkan, ukuran bodinya yang lebih tebal dari kamera compact kebanyakan, membuat Sony Cyber-shot DSC-QX30 tidak bisa dimasukkan ke dalam saku jeans. Tapi secara keseluruhan, perangkat bidik ini adalah sebuah konsep kamera yang menarik.

Spesifikasi

Ukuran: 68.4 x 65.1 x 57.6 mm, berat 178 g (body only).
Tipe sensor: 1/2.3" Exmor Râ„¢ CMOS sensor 20.4 MP
Lensa: Sony G Lens F3.5-6.3
Focal length: f=4.3-129 mm
Zoom: optical zoom 30x
Kecepatan bidik: iAuto(1/1600-4)/ Program Auto(1/1600-1)/ Aperture Priority(1/1600-8)/ Shutter Priority(1/1600-30)
Prosesor gambar: BIONZ X
Mode pemotretan: Superior Auto, Intelligent Auto, Program Auto, Aperture Priority, Shutter Speed Priority, Movie Mode
ISO: 80-12800
Konektivitas: Hi-Speed USB (USB 2.0), Multi/Micro USB Terminal, NFC, Wi-Fi
Media penyimpanan: Memory Stick Micro, Memory Stick Micro (Mark2), microSD Memory Card, microSDHC Memory Card, microSDXC Memory Card

Harga

Rp 4.999.000


(isk/dhi)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya