Agen NSA & CIA Ditugaskan Banyak Nonton Film Porno

Kelompok radikal, termasuk ISIS dan Al-Qaeda, diyakini NSA memanfaatkan pornografi untuk saling berkirim pesan rahasia.

oleh Adhi Maulana diperbarui 10 Apr 2015, 08:20 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2015, 08:20 WIB
Mengapa Pemblokiran Konten Pornografi Kerap Gagal?
Foto ilustrasi: telegraph.co.uk

Liputan6.com, Jakarta - Selain memata-matai komunikasi global via online maupun jaringan telepon, para agen rahasia di lembaga intelijen National Security Agency (NSA) dan Central Intelligence Agency (CIA) juga memiliki tugas lain yang cukup "berat".

Ya, mungkin bagi sebagian orang tugas ini akan terasa berat, namun bagi sebagian lain justru menyenangkan. 

Menurut yang dilaporkan laman Daily Beast, para agen rahasia di kedua lembaga milik pemerintahan Amerika Serikat (AS) itu juga ditugaskan untuk banyak menonton film porno.

Mengapa agen rahasia menonton banyak film porno?

Dipaparkan laman The Hacker News, lembaga intelijen AS meyakini bahwa banyak kelompok radikal, termasuk ISIS dan Al-Qaeda, yang memanfaatkan pornografi untuk saling berkirim pesan rahasia. Pesan tersebut dikemas dalam kode-kode rahasia yang disematkan di sejumlah konten pornografi online, baik video maupun foto.

NSA menyatakan bahwa sudah bukan rahasia lagi jika kelompok radikal menerapkan teknik steganografi pada video untuk kebutuhan berkomunikasi.

Steganografi sendiri adalah seni dan ilmu menulis pesan tersembunyi atau menyembunyikan pesan dengan suatu cara sehingga selain si pengirim dan si penerima, tidak ada seorangpun yang mengetahui.

NSA dan CIA membentuk sebuah tim kerja yang bertugas menganalisa muatan grafis di konten-konten pornografi yang tersebar di dunia maya.

Khusus untuk NSA, mereka memercayakan tugas pengawasan tersebut pada kelompok hacker khusus bernama Tailored Access Kantor NSA (TAO).

Di kalangan hacker, kelompok TAO tersohor karena dipercaya sempat memata-matai lebih dari 50 ribu jaringan komputer di seluruh dunia dengan suatu jenis malware yang mereka ciptakan. Malware yang digunakan kala itu bahkan diyakini mampu membobol sistem keamanan IS Microsoft Windows.

(dhi/dew)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya