Ubah Peraturan, AVG Pakai Data Pengguna Untuk Pengiklan

AVG mengubah peraturan terkait privasi dengan alasan agar dapat terus menghadirkan layanan anti virus gratis.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 22 Sep 2015, 13:52 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2015, 13:52 WIB
AVG
Perusahaan AVG (sumber : thecsuite.co.uk)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan, AVG, baru saja mengubah peraturan untuk pengguna aplikasi antivirus besutannya. Dalam peraturan terbarunya ini, AVG memungkinkan untuk menjual riwayat pencarian serta penjelajahan ke pengiklan untuk mendapatkan uang.

AVG juga memastikan bahwa peraturan yang mulai efektif pada tanggal 15 Oktober tersebut, tidak akan mengumpulkan data-data yang bersifat pribadi.

Seperti dilansir laman Wired, Selasa (22/9/2015), juru bicara Wired mengungkapkan salah satu alasan diberlakukannya peraturan ini agar AVG dapat terus menawarkan software keamanan secara gratis.

"Oleh karena itu, AVG akan menggunakan beberapa macam cara seperti berlangganan, iklan, serta model data untuk dapat menghadirkan hal tersebut," tambah juru bicara tersebut.

Lewat pembaruan peraturan ini, dimaksudkan juga sebagai salah satu bentuk transparansi dari AVG ke publik mengenai mekanisme pengumpulan dan penggunaan data pelanggan.

Namun, lebih lanjut dijelaskan bahwa pengguna yang datanya tidak ingin digunakan dapat mengaturnya, tanpa mengurangi kemampuan aplikasi antivirus tersebut.

Meskipun data yang digunakan bukanlah data pribadi, namun beberapa pengamat menyebutkan bahwa data-data tersebut, mungkin secara tidak langsung dapat digunakan untuk mengetahui data pribadi pengguna.

Pembaruan peraturan AVG ini juga mendapat beberapa kecaman dari sejumlah ahli keamanan, seperti Alexander Hanff dari Think Privacy, yang menganggap bahwa langkah AVG ini tidak etis dan melecehkan kepercayaan yang diberikan pengguna.

Bahkan, Hanff menyarankan pengguna yang sudah menggunakan AVG untuk segera menghapusnya dan menggantinya dengan antivirus lain.

AVG sendiri saat ini menjadi salah satu produk antivirus terbesar nomor tiga setelah Microsoft dan Avast, dengan market share 8,6 persen di pasar global.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama software keamanan gratis menggunakan data penggunanya untuk dijual ke pengiklan. Avast juga sebelumnya telah melakukan hal serupa, namun mereka tidak menjelaskan lebih lanjut data-data apa saja yang dikumpulkan dan dijual.

(dam/isk)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya