`Pemerintah Harusnya Juga Coba Open BTS`

Sebenarnya teknologi Open BTS cukup murah jika dibandingkan dengan BTS yang dimiliki oleh operator.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 04 Nov 2015, 11:25 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2015, 11:25 WIB
galeri-tekno-igf-2013-8-131029b.jpg
Onno W. Purbo Peragakan OpenBTS (Liputan6.com/Dewi Widya Ningrum)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu hasil lawatan tim Presiden Jokowi yang menjadi perbincangan praktisi IT adalah Google Project Loon. Sebuah proyek dengan tujuan untuk memperluas jangkauan internet di Tanah Air.

Tak tanggung-tanggung, Menkominfo langsung membawa tiga operator seluler besar di Indonesia, Telkomsel, XL dan Indosat. Namun banyak pihak mengkritisi rencana ini karena alasan keamanan data, dan mengapa tidak mendahulukan Open BTS.

Menurut salah satu pakar keamanan cyber, Pratama Persadha, dilihat dari aspek teknologi, Project Loon adalah suatu hal yang cukup bagus sekaligus bisa menjadi solusi bagi masalah keterbatasan infrastruktur komunikasi di daerah-daerah yang sulit terjangkau internet. Masyarakat yang ada di daerah pedalaman atau pulau-pulau terluar yang terisolasi dari segi komunikasi dan informasi bisa sangat terbantu.

"Kedaulatan informasi tetap harus menjadi pertimbangan utama. Jangan sampai informasi yang kita miliki bisa dijajah oleh pihak asing, karena sudah jelas ini adalah produk milik asing. Jadi informasi yang ada, bisa saja mereka simpan dan entah digunakan untuk apa," kata Pratama, seperti ditulis Rabu (4/11/2015).

Menurut ketua lembaga riset keamanan cyber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) ini, kedaulatan informasi tidak hanya tentang Google Project Loon saja. Banyak teknologi komunikasi dan informasi yang kita gunakan dimiliki oleh pihak asing, baik itu operator telepon, internet provider, dan juga satelit. 


"Bukan berarti menolak teknologi ini, tetapi kita harus paham bagaimana cara mengamankan konten informasi yang kita miliki, misalkan dengan enkripsi. Jadi informasi yang dikomunikasikan itu bisa terlindungi, apalagi jika bersifat strategis dan rahasia," kata Pratama.

Masalah utama saat ini adalah operator enggan membuka jaringan baru di suatu wilayah yang belum banyak penduduknya. Tingginya biaya yang diperlukan untuk membangun jaringan baru tidak sebanding dengan pendapatan, sehingga akan rugi.

Bagaimanapun juga, operator akan mencari untung. Padahal masyarakat yang tinggal di daerah terpencil pun sama dengan kita yang tinggal di perkotaan. Mereka juga membutuhkan teknologi komunikasi dan informasi yang bisa mempermudah hidup mereka. Hal inilah yang mendasari niat pemerintah menjalankan Google Project Loon.

"Sebenarnya teknologi Open BTS cukup murah jika dibandingkan dengan BTS yang dimiliki oleh operator, ini bisa juga menjadi solusi. Namun permasalahannya kembali pada regulasi ataupun frekuensi yang digunakan. Pemerintah seharusnya bisa mencoba terlebih dahulu teknologi ini di daerah pedalaman atau perbatasan, efektif atau tidak," kata Pratama.

Pratama menambahkan, Indonesia sudah 70 tahun merdeka, tetapi belum mempunyai satelit yang 100 persen dikontrol oleh kita sendiri. Padahal satelit ini sangat efektif untuk menyebarkan informasi ataupun membuat jaringan sendiri. Seharusnya pemerintah bersama Komisi I DPR sudah memikirkan bagaimana membuat satelit yang memang 100 persen milik kita sendiri.

(edh/dew)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya