Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar pengguna Facebook pasti tak menyangka kalau efek dari mengakses media sosial tersebut dapat menimbulkan kecanduan.
Sebuah penelitian terbaru dari California State University menemukan bahwa reaksi otak ketika mengakses Facebook sama ketika seseorang menggunakan kokain dan kecanduan judi.
Beberapa penelitian sebelumnya memang pernah membandingkan fungsi otak yang terobsesi internet dengan aktivitas seorang pecandu alkohol dan penjudi. Namun, hasil penelitian ini berhasil membawa pada pembuktian lebih lanjut terkait gagasan tersebut.
Para peneliti menemukan, obsesi pada media sosial ternyata dapat memicu sebuah reaksi yang mirip dengan kecanduan klasik. Hal ini disebabkan ketika pengguna mengakses media sosial akan mengaktifkan bagian otak yang bertanggung jawab pada sistem ganjaran, yakni amygdala dan striatum.
Striatum sendiri merupakan bagian penting dari otak bagian depan, sedangkan amygdala adalah wilayah integratif untuk kebiasaan, emosi, dan motivasi.
Mengutip informasi dari laman Tech Times, Sabtu (27/2/2016), para peneliti melalakukan penelitian lewat kuisioner pada 20 mahasiswa.
Kuisioner tersebut berisi pertanyaan mengenai kelekatan para responden di situs media sosial, utamanya Facebook. Tak hanya itu, dalam kuisioner tersebut juga disematkan beberapa pertanyaan untuk melihat tanda-tanda seseorang yang kecanduan.
Baca Juga
Lalu, tes lain yang juga dilakukan adalah melihat tanggapan responden terhadap sejumlah gambar, dan beberapa di antaranya berhubungan dengan Facebook.
Hasilnya, responden yang menjawab benar terhadap beberapa foto yang berhubungan dengan Facebook juga mencetak nilai tinggi dalam pertanyaan mengenai tanda-tanda kecanduan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada gejala kecanduan, seperti media sosial didorong oleh fitur saraf yang sama dengan kecanduan perjudian.
Kendati demikian, tidak seperti pecandu kokain, pengguna Facebook tidak menunjukkan efek negatif pada otak. Selain itu, Ofir Turel, salah seorang peneliti, juga menemukan beberapa responden bereaksi lebih cepat ketika melihat gambar Facebook ketimbang rambu lalu lintas.
Hal ini merupakan indikasi berbahaya, sebab kecenderungan orang akan bertindak lebih cepat ketika melihat gambar dari media sosial, ketimbang memerhatikan rambu lalu lintas, terutama saat berkendara.
Lebih lanjut, Turel menuturkan bahwa kecanduan pada media sosial juga dapat diatasi melalui pengobatan. Ia mengatakan hal ini tidak sulit karena kecanduan Facebook tak ubahnya seseorang yang kecanduan narkoba.
Meskipun penelitian ini berhasil mengungkapkan hal baru, tidak sedikit ahli lain yang mempertanyakan hasil studi ini. Jumlah responden yang hanya 20 orang disebut menjadi alasan kuat penelitian ini dianggap belum akurat.
(Dam/Isk)