Liputan6.com, Silicon Valley - Kiprah Facebook sebagai raksasa jejaring sosial bisa dibilang sangat berpengaruh di dunia teknologi. Berawal sebagai media sosial biasa yang hanya 'menghubungkan' antar teman, kini langkah Facebook semakin mantap dalam mengekspansi bisnisnya ke ranah yang lebih luas.
Seperti diketahui, eksistensi Facebook di dunia bisnis global begitu diperhitungkan. Perusahaan yang digawangi Mark Zuckerberg tersebut kini didaulat sebagai salah satu perusahaan bernilai tinggi di dunia, dengan market value sebesar US$ 325 miliar (setara dengan Rp 427 triliun).
Tak hanya menunjukkan prestasi di dunia bisnis, jejaring sosial yang identik dengan warna biru itu mengklaim bahwa mereka memiliki jumlah pengguna terbesar, yaitu dengan estimasi 1,6 miliar pengguna bulanan.
Baca Juga
Selain itu, Facebook juga diketahui telah mengambil 22 persen dari penggunaan internet via perangkat mobile di Amerika Serikat. Menurut survei yang dilakukan lembaga riset Nielsen, penggunaan Facebook yang kian masif menapaki titik baru dalam jumlah penggunaan internet di sepanjang sejarah.
Kini, Facebook tak sekadar berperan sebagai 'jejaring sosial'. The Economist menyebutkan, Facebook sudah sepantasnya dijuluki 'raksasa teknologi'.
Dalam waktu 14 tahun terakhir, perusahaan tersebut mampu membuat tonggak sejarah dengan segala pencapaian yang luar biasa.
Apa saja langkah yang telah dilakukan sehingga kini Facebook tak lagi disebut sebagai 'jejaring sosial'? Berikut kami lampirkan kepada Anda secara ekslusif, seperti dilansir The Economist, Minggu (10/4/2016).
Selanjutnya
Jejaring Sosial untuk Mahasiswa
Berawal dari 'FaceMash' yang dirancang oleh Zuck--sapaan akrab Zuckerberg--pada 2003, Facebook kala itu hanya dirancang khusus untuk menjadi wadah komunikasi mahasiswa Harvard.
Menariknya, kepopuleran FaceMash merebak ke beberapa universitas ternama lainnya di Amerika Serikat, yang pada akhirnya menjadi jejaring sosial wajib para mahasiswa.
Tiga tahun setelahnya, Zuck semakin serius menggarap FaceMash, yang pada akhirnya berganti nama menjadi Facebook. Pada 2004, Zuck memutuskan membawa Facebook ke Silicon Valley, dan resmi membangun kantor pusatnya.
Kisah Manis Facebook, Para Investor dan Sheryl Sandberg
Kisah manis Facebook pun berawal pada 2005 di mana perusahaan Accel Partners memutuskan untuk berinvestasi yang kini bernilai US$ 100 juta (setara dengan Rp 1,3 triliun), diikuti dengan investasi Microsoft yang kini bernilai US$ 15 miliar (setara dengan Rp 196 triliun).
Sejak 5 tahun berdiri, Facebook kedatangan punggawa baru. Pada 2008, Sheryl Sandberg resmi bergabung menjadi Chief Operating Officer (COO) Facebook. Setahun setelah Sandberg bergabung, cash flow Facebook pun terus beranjak positif.
Advertisement
Selanjutnya
Parade Akuisisi
Pada 2010 ke atas tentu merupakan salah satu puncak di mana Facebook ingin mengukuhkan dirinya sebagai raksasa teknologi. Perusahaan tersebut berhasil melakukan akuisisi perusahaan teknologi yang namanya saat itu juga tengah berkibar.
Dengan nilai US$ 41 miliar (Rp 537 triliun), Facebook kala itu berhasil mengalahkan nilai perusahaan e-Commerce e-Bay, melakukan Initial Public Offering (IPO) serta mengakuisisi Instagram dengan nilai US$ 1 miliar (setara dengan RP 13 triliun) pada 2012, mengakuisisi Onavo dengan nilai US$ 120 juta (setara dengan Rp 1,5 triliun) pada 2013.
Tak sampai di situ, Facebook kembali mengakuisisi dua perusahaan teknologi besar pada tahun 2014, yaitu WhatsApp dengan nilai US$ 22 miliar (setara dengan Rp 288 triliun) dan Oculus dengan nilai US$ 2 miliar (setara dengan Rp 26,2 triliun).
Dari situ, Facebook kembali menghadirkan beberapa improvisasi pada fiturnya demi meningkatkan efektivitas pengguna dalam berjejaring sosial.
News Feed, Senjata Baru Facebook
Facebook pun sempat merombak pembaruan untuk melacak apa yang Anda lihat di News Feed. Dalam News Feed yang baru itu, Facebook menekankan dua faktor berbeda saat akan menampilkan update.
"Pada bagian paling atas, NewsFeed akan memperlihatkan probabilitas pembaruan yang ingin Anda lihat. Selain itu, News Feed juga akan menampilkan update yang kemungkinan akan Anda suka, beri komentar, klik, serta bagikan kepada orang lain," ungkap Engineer Facebook Chen Zang dan Si Chen, seperti yang dikutip Tekno Liputan6.com dari The Huffington Post.
Dengan kata lain, Facebook berupaya menggunakan apa yang diketahuinya tentang si pengguna untuk menunjukkan kepada mereka tentang hal-hal yang sekiranya akan disukai dan tanggapi.
Selanjutnya
Artificial Intelligence
Fokus Facebook kini tak lagi berkutat pada pengembangan jejaring sosial, akuisisi perusahaan atau menciptakan fitur baru. Kini, Facebook berupaya untuk mengembangkan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Melalui post di laman Facebook resminya, Zuck mengungkapkan target atau tantangan pribadi yang ingin diraihnya pada tahun ini, yakni membangun sebuah Artificial Intelligence (AI) sederhana.
AI nantinya dapat digunakan untuk menjalankan rumah dan membantu pekerjaannya. Bahkan, Zuck menuturkan bahwa AI itu akan seperti Jarvis, sebuah kecerdasan buatan di film Iron Man.
Untuk melakukan rencana tersebut, Zuck akan memulainya dengan menjelajahi beberapa teknologi yang sudah ada saat ini. Lalu ia akan membuat sebuah sistem sendiri yang dapat digunakan untuk rumahnya.
"Saya akan mulai mengajari AI itu mengenali suara saya untuk mengendalikan semua yang ada di rumah kami--musik, lampu, temperatur, dan hal lainnya. Saya juga akan mengajarinya mengizinkan teman-teman saya masuk ketika melihat wajah mereka di pintu masuk," ujar Zuck.
Tak hanya itu, Zuck berencana membuat AI dapat mengawasi putri sulungnya, Max. Ia memaparkan AI itu akan diajari mengabarkan segala sesuatu yang terjadi di kamar Max ketika dirinya tidak bersamanya.
(Jek/Isk)
Advertisement