Teknologi Ini Buat Kulit Tangan Jadi Layar Smartwatch

Teknologi bernama SkinTrack ini memungkinkan pengguna menavigasikan smartwatchnya-nya langsung dari bagian tubuhnya sendiri

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 09 Mei 2016, 08:50 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2016, 08:50 WIB
Smartwatch
SkinTrack, teknologi yang memungkinkan pengguna menavigasikan smartwatch langsung dari kulitnya (sumber: techtimes.com)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tantangan dari smartwatch saat ini adalah ayar yang terlampau kecil untuk dioperasikan secara leluasa. Hal ini bukannya tanpa alasan sebab ukuran smartwatch biasanya hanya memiliki diameter 245 milimeter.

Namun, sekelompok peneliti dari Carnegie Mello nUniversity baru-baru ini telah berhasil menemukan solusi dari masalah tersebut. Kelompok bernama Future Interfaces Group itu memanfaatkan kulit di tangan pengguna untuk berfungsi layaknya layar sentuh di smartwatch.

Untuk melakukannya, sistem bernama SkinTrack ini menggunakan pancaran sinyal dari cincin yang nantinya digunakan pemakai. Sinyal dari cincin tersebut kemudian akan dihubungkan dengan jam pintar yang dipakai. 

Jadi, akan ada sinyal listrik frekuensi tinggi yang menyebar di lengan pengguna saat jari yang memakai cincin menyentuh permukaan kulitnya.

Para peneliti menggunakan empat pasang elektroda yang ada di gelang jam pintar untuk melacak posisi jari pengguna dalam bentuk 2D. Selain itu, diperlukan jarak antara gelang dan cincin untuk membuat sistem ini bekerja.

"Salah satu kehebatan SkinTrack adalah teknologi ini tidak menonjol, jam tangan dan cincin adalah alat yang digunakan oleh banyak orang setiap hari," ujar Yang Zhang, salah seorang peneliti yang ikut pengembangan teknologi ini, seperti dikutip dari laman The Verge, Senin (9/5/2016).

Nantinya, teknologi ini memungkinkan pengguna berkegiatan di layar sentuh smartwatch langsung dari kulitnya sendiri. Tindakan seperti menutup atau membuka aplikasi hanya perlu dilakukan dengan mengusap kulit pengguna.

Tak hanya itu, teknologi ini juga dapat dipakai dengan beberapa modus berbeda. Pemakai cukup menyapu kulit untuk mencari kontak, ataupun menulis shortcut untuk membuka aplikasi tertentu.

Sayangnya, untuk saat ini belum ada rencana teknologi ini akan diproduksi untuk umum. Salah satu yang menjadi masalah adalah membuat cincin selalu memiliki cukup daya untuk terus bekerja.

Kendati demikian, para peneliti memastikan teknologi ini aman digunakan. Berdasarkan penelitian, tak ada efek samping dari sinyal yang digunakan cincin untuk terhubung dengan jam pada tubuh pemakainya.

(Dam/Cas)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya