Adopsi Data Tinggi, Pebisnis TIK Perlu Atasi Kebutuhan Bandwith

Pelaku bisnis TIK harus memprediksi kebutuhan bandwith internet secara akurat demi mengantisipasi penurunan kualitas layanan.

oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diperbarui 02 Agu 2016, 06:38 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2016, 06:38 WIB
Pasang Internet 10 Gbps, Telkom Targetkan 20 Juta Home Pass
Kabel optik (gizmorati.com)

Liputan6.com, Bandung - Para pelaku bisnis berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia dinilai harus mampu memprediksi kebutuhan bandwith internet secara akurat demi mengantisipasi penurunan kualitas layanan.

Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision di Bandung, Dimitri Mahayana mengatakan kebutuhan bandwith di smartphone dapat mencapai 10 kali lipat dari ponsel biasa.

Sementara, kebutuhan bandwith untuk e-reader bisa dua kali lipat dari ponsel, video kamera 100 kali lipat ponsel, dan digital photo frame 10 kali lipat ponsel, dan laptop 1.300 kali lipat ponsel. 

"Sebuah bank di Indonesia sempat down ketika menjalani sistem pergantian sistem di akhir tahun akibat kelebihan kapasitas. Akibatnya, seluruh jaringan ATM bank tersebut mati dan saldo rekening nasabah berubah," katanya kepada Tekno Liputan6.com, Minggu (31/7/2016) lalu.

Sharing Vision merupakan lembaga riset dan konsultasi TIK yang berdiri sejak 2000. Lembaga yang digawangi sejumlah dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB memiliki koresponden lokal guna mencerminkan hasil riset yang valid dan membumi.

Bahkan, lanjutnya, WhatsApp yang merupakan layanan pesan instan terpopuler dunia sempat mandek. Hal ini terjadi karena WhatsApp mengalami puncak tertinggi pengiriman (inbound message) dan penerimaan (outbound message) sebanyak 64 miliar pesan per hari sehingga terjadi outage yang melampaui kapasitas server miliknya.

"Apalagi dengan konten berbasis internet, khususnya media sosial. Dengan embrio VCR dan televisi kabel periode 1975-1980, perubahan signifikan terjadi 1995 ketika Yahoo mulai populer. Kehadiran internet broadband sejak 2005 membuat jaringan berisiko jebol kapanpun," katanya.

Demi kepuasan pelanggan serta terjaganya layanan dan bisnis, pelaku usaha TIK harus mampu mengestimasi kebutuhan jaringan sekaligus menyesuaikan ketersediaan bandwith secara akurat.

Salah satu caranya adalah melihat kecepatan client processing, network, dan server processing. Setelah itu, mengecek jumlah pengguna per tahun, jumlah rata-rata potensi orang gunakan layanan per hari dan rata-rata jumlah orang mengakses per hari, sehingga kelak muncul estimasi penggunaan secara prediktif.

"Pebisnis ICT harus terus memantau perilaku penggunaan, sekaligus secara sainstifik mampu mengestimasi kebutuhan database dan server secara tepat. Dari pola kebiasaan user, kita mampu menghitung permintaan pengguna secara jitu," Tutupnya.

(Msu/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya