Liputan6.com, Jakarta - Pada Hari Kemerdekaan Indonesia, Rabu (17/8/2016) kemarin, Telkomsel meresmikan pengoperasian 627 unit Base Transceiver Station (BTS) di beberapa titik lokasi perbatasan.
Lokasi perbatasan inu antara lain Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini. Dari 627 BTS, 148 di antaranya adalah BTS jaringan 3G.
Bagi anak usaha Telkom ini, upaya tersebut adalah komitmen Telkomsel untuk membangun jaringan hingga ke seluruh pelosok, termasuk mendukung kedaulatan Republik Indonesia.
"(Bangun jaringan) BTS di perbatasan tidak ada nilai bisnisnya. Nah, tujuan pembangunan ini bukan untuk mencari untung, tetapi menjaga kedaulatan negara," ujar Head of Corporate Communication Telkomsel, Adita Irawati ditemui tim Tekno Liputan6.com di Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Baca Juga
Adita mencontohkan, masyarakat yang tinggal di Pulau Sebatik justru mendapat sinyal dari negara tetangga, Malaysia. Padahal, saat itu wilayah Pulau Sebatik masih masuk zona Indonesia.
Telkomsel justru mengeluhkan bagaimana pembangunan jaringan di perbatasan tak dipenuhi oleh semua operator. Padahal, pembangunan jaringan hingga pelosok wajib dipenuhi operator yang memiliki lisensi jenis modern licensing.
"Operator banyak di Indonesia, tak hanya Telkomsel. Pembangunan jaringan ini khususnya, kami merasa masih dilakukan sendirian selama ini," katanya.
Ia bahkan menyinggung soal penurunan tarif interkoneksi yang dianggap perlu diperhitungkan secara seimbang berdasarkan kewajiban pembangunan jaringan.
"Sama seperti interkoneksi, kita perlu memahami background-nya. Ada komitmen yang wajib dipenuhi dan perlu diterapkan secara proporsional kepada operator lain," jelasnya.
Kendati demikian, lanjut Adita, Telkomsel tetap menegaskan komitmennya untuk membangun jaringan hingga ke pelosok. "Jangan sampai kalah sinyal kita dengan Malaysia. Kami sudah bangun di wilayah Natuna, tapi akan terus kami lanjutkan ke wilayah-wilayah lain."
(Cas/Why)
Advertisement