Liputan6.com, London - Pesawat hibrida terbesar di dunia yang bernama Airlander 10 mulai diuji coba setelah sebulan lebih melakukan persiapan. Dalam uji coba, pesawat ini berhasil terbang mulus selama sekitar 20 menit.
Airlander 10 mulanya ditujukan untuk militer AS, namun mengalami kendala pendanaan pada 2013 karena pemangkasan belanja pertahanan.
Setelah itu, kendaraan hibrida tersebut berhasil mengumpulkan lebih dari US$ 4,4 juta melalui dua kampanye crowdfunding, selain hibah dari pemerintah Uni Eropa dan Inggris.
Tak seperti pesawat komersial, emisi karbon Airlander 10 jauh lebih rendah. Dari segi bentuk, pesawat ini memiliki panjang 300 kaki atau sekitar 91,44 meter. Lebih panjang 50 kaki atau sekitar 15.24 meter dari pesawat komersial terbesar.
Baca Juga
Mengutip laman The Next Web, Kamis (18/8/2016), Airlander 10 menggendong empat mesin dan bentuk bodi pesawat diatur oleh gas helium bertekanan tinggi (sekitar 38.000 meter kubik). Sementara lambungnya terbuat dari serat karbon yang dapat mengembang.
Tak seperti pesawat konvensional, Airlander 10 tidak memerlukan landasan pacu. Pesawat canggih ini dapat mendarat di landasan apa pun, seperti salju atau permukaan air. Jika berpenumpang, pesawat ini bisa mengudara hingga lima hari. Jika tak berawak, Airlander 10 dapat terbang selama lebih dari dua minggu.
Dengan kemampuan dapat lepas landas dan mendarat di kondisi apa pun, Airlander 10 bisa digunakan untuk mengirim barang atau penumpang ke daerah dengan area yang kurang bersahabat seperti pertambangan minyak di lepas pantai. Pesawat ini bahkan diklaim sanggup membawa 10 ton kargo.
Bicara soal uji coba penerbangan ini, bisa dibilang bahwa Airlander 10 merupakan pesawat non-militer pertama yang berhasil mendarat dengan mulus di Cardington Airfield, utara London.
(Isk/Ysl)