Menristekdikti: Tingkatkan Daya Saing Indonesia dengan Inovasi

Menristekdikti, Mohammad Nasir, mengungkapkan bahwa Indonesia berpeluang besar untuk meningkatkan daya saing di dunia.

oleh Andina Librianty diperbarui 23 Agu 2016, 17:00 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2016, 17:00 WIB
20160721-Menristek Dikti Muhammad Nasir-M Nasir-Jakarta- Herman Zakharia
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir saat melakukan kunjungan ke Liputan6.com, Jakarta, Kamis (21/7). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir, mengungkapkan bahwa Indonesia berpeluang besar untuk meningkatkan daya saing di dunia. Hal itu memungkinkan bila didorong setidaknya oleh dua unsur yaitu tenaga kerja terampil dan inovasi.

Tenaga kerja terampil dan inovasi merupakan dua unsur saling mendukung. Menurut Nasir, keduanya dapat menghasilkan sumber daya berkualitas.

Melalui kedua unsur itu, masyarakat Indonesia dapat memiliki daya saing tinggi, tidak hanya di regional atau Asia Tenggara, tetapi juga dunia. "Dua unsur ini dapat menghasilkan sumber daya berkualitas, sehingga dapat meningkatkan daya saing kita, karena berdasarkan indeks daya saing, saat ini kita menempati posisi keempat di Asia Tenggara," ujar Nasir dalam acara Inspirato di SCTV Tower, Jakarta, Selasa (23/8/2016).

Saat ini, kata Nasir, sudah banyak anak bangsa melahirkan berbagai inovasi dalam negeri. Ia pun mengimbau anak-anak muda, termasuk mahasiswa, untuk terus berinovasi, sehingga dapat meningkatkan daya saing Indonesia.

Di samping itu, Indonesia juga didorong untuk terus melakukan lebih banyak riset di dalam negeri. Saat ini ada sejumlah fokus di Kemenristekdikti yang harus dikuasai untuk meningkatkan daya saing nasional dalam berbagai bidang seperti pangan dan pertanian, peternakan, kesehatan, teknologi informasi, dan transportasi.

Berbagai inovasi buatan anak negeri dalam bidang-bidang tersebut pun saat ini telah lahir. Seperti Padi Sidenuk Batan, yang merupakan hasil riset Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Varietas ini bisa menghasilkan 9 hingga 10 ton per hektare dengan kualitas baik. Ia pun berharap hasil riset nantinya bisa membantu mewujudkan swasembada pangan.

Contoh lain adalah PT Dirgantara Indonesia (PT DI), yang beberapa bulan lalu telah memperkenalkan pesawat penumpang bernama N219. Pesawat berkapasitas 19 orang ini siap diluncurkan sebagai pesawat nonmiliter pertama untuk kawasan perintis.

Inovasi-inovasi tersebut, dalam pandangan Nasir, bisa menjadi pelajaran dan bekal untuk berkompetisi di dunia. "Dengan meningkatkan sumber daya, kita bisa membuat kualitas ke depan makin baik dan inovasi akan sekaligus didorong," tutur Nasir optimistis.

(Din/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya