HP Caplok Bisnis Printer Samsung Senilai Rp 13,8 Triliun

Samsung akan menyerahkan seluruh aset dari lini bisnis printernya ke HP melalui akuisisi ini.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 13 Sep 2016, 12:17 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2016, 12:17 WIB
Samsung
Logo Samsung (Techdroid)

Liputan6.com, Suwon - Kepastian masa depan bisnis printer Samsung akhirnya terjawab sudah. Hal itu dipastikan setelah perusahaan asal Korea Selatan sepakat untuk menjual lini bisnis mesin pencetaknya ke HP.

Dalam keterangannya, Samsung menyebut kesepakatan ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk fokus pada area yang menjadi inti bisnisnya. Adapun uang yang digelontorkan HP mencapai US$ 1,05 miliar (Rp 13,8 triliun) untuk membeli lini bisnis tersebut.

Rencananya, Samsung akan memecah unit bisnis printer-nya menjadi perusahaan terpisah sesuai dengan persetujuan pemegang saham pada 1 November mendatang. Setelahnya perusahaan baru beserta seluruh asetnya akan berpindah tangan ke HP.

HP sendiri menyebut akusisi ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah bisnis printer. Menurut perusahaan asal Amerika Serikat itu inti dari akuisisi ini adalah memberikan energi dan ide baru untuk industri printer. 

Industri printer sendiri disebut merupakan segmen yang tak pernah berinovasi selama hampir satu dekade. Sementara potensi dari bisnis tersebut bisa mencapai US$ 55 miliar (Rp 723 triliun). 

"Mesin fotokopi sudah ketinggalan jaman, mesin yang rumit dengan banyak bagian yang perlu diganti dan terus membutuhkan pemeliharaan," pernyataan resmi HP seperti dikutip dari laman Tech Crunch, Selasa (13/9/2016).

Kondisi tersebut membuat pelanggan merasa hal semacam itu urung untuk kembali memakainya. Karenanya, diharapkan dengan pembelian ini potensi bisnis mesin pencetak kembali berkembang. 

Meskipun sudah dijual, bukan berarti Samsung tak lagi menjual printer. Penjualan printer di Korea Selatan masih akan memakai nama Samsung, sementara produksinya tetap akan berasal dari HP.

Sebagai informasi, bisnis printer Samsung sendiri saat ini telah memiliki 6 ribu pekerja dan mampu mencatat transaksi mencapai US$ 1,8 miliar (Rp 23 triliun) pada 2015.

(Dam/Cas)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya