Diduga Terindikasi Kartel, Indosat: Itu Tidak Masuk Akal

Terkait indikasi kartel yang diduga melibatkan Indosat Ooredoo dan XL, CEO Indosat Ooredoo menilai hal itu tidak masuk akal.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 12 Okt 2016, 16:44 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2016, 16:44 WIB
Alexander Rusli - CEO Indosat (Liputan6.com)
Alexander Rusli - CEO Indosat (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bakal memanggil operator seluler Indosat Ooredoo dan XL Axiata terkait pembentukan usaha patungan bersama PT Indonesia Synergy. Usaha patungan ini diduga terindikasi kartel.

Presiden direktur sekaligus CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli membenarkan Indosat Ooredoo sudah menerima surat pemanggilan terkait hal di atas dari KPPU.

"Surat sudah diterima, tetapi tanggal pemanggilannya belum. Kita kan negara hukum, jadi (kita) ikutin aja prosesnya," ujar Alex ketika ditemui di Jakarta, Rabu (12/10/2016).

Terkait indikasi kartel yang diduga melibatkan kedua operator, Alex menyebutnya tak masuk akal. "Kartel itu kan menaikkan harga. Nah, sekarang kita sama-sama perang harga, sama-sama sengsara, jadi tidak masuk akal kalau ada kartel," tutur Alex.

Alex menjelaskan, kartel biasanya lebih relevan dengan kondisi perusahaan yang skala usahanya mirip atau setara. "Masalahnya di Indonesia ada tiga jenis: perusahaan besar, sedang, dan kecil. Jadi mau kartel juga sulit. Kalau misalnya kita berdua kartel, nanti yang di bawah akan makan kita. Market-nya enggak gampang," kata Alex.

Kondisi yang ada saat ini berlangsung, menurut Alex, bukanlah kartel, melainkan perang tarif. "Ini kan kondisinya ingin mengalahkan operator lain. Pemain industri kita terlalu banyak, susah-lah untuk kartel," ujar Alex.

Alex menjelaskan, perang tarif tak sama dengan kartel yang tengah menjadi isu. Alex menilai perang harga merupakan implikasi dari kondisi pasar dan tak ada kaitannya dengan kartel. 

"Harus dipisahkan antara perang harga yang terjadi saat ini dan kartel. Saya juga sakit hati melihat kondisi perang harga yang ada. Artinya, margin (keuntungan) kita makin habis," tutur Alex.

Karena itu, ia berharap dalam beberapa waktu ke depan industri telekomunikasi akan mendapatkan jalan untuk menaikkan harga. Tentunya, tanpa ada kerja sama untuk menaikkan harga. "Kalau ada kerja sama, itu namanya kartel," kata Alex.

Alex mengungkapkan, dengan kondisi yang ada saat ini, operator seluler sama-sama tidak percaya satu sama lain. "Itu fair sebab semua ingin mengalahkan yang satunya. Ini kondisi sekarang," ujar Alex.

Perang harga, dalam pandangan Alex, bakal selesai jika masing-masing operator sudah tak sanggup dengan kondisi persaingan. "Kalau masih sanggup, ya perang harga jalan terus," pungkas Alex.

(Tin/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya