Liputan6.com, Jakarta - Twitter telah mengonfirmasi menutup layanan video singkat Vine pada 17 Januari 2017 (waktu setempat .red). Perusahaan juga mengklarifikasi bahwa pihaknya bakal tetap mempertahankan layanan video melalui aplikasi Vine Camera.
Dengan demikian, pengguna masih bisa mengambil video berdurasi singkat namun hanya bisa diunggah ke Twitter, tak bisa lagi ke aplikasi Vine.
Meski disetop, Twitter mengajak pengguna untuk mengunduh video yang telah mereka unggah di Vine sebelum aplikasi tersebut berganti nama menjadi Vine Camera.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip laporan Business Insider, Rabu (18/1/2017), Vine Camera bisa merekam video selama 6 detik. Video berdurasi 6 detik itu memiliki kemampuan berputar secara otomatis, seperti pada aplikasi Vine sebelum ditutup.
Dalam unggahan blog-nya, Twitter menuliskan bahwa video-video yang telah diunggah di aplikasi Vine tak akan hilang, tetapi masih bisa ditonton melalui situs vine.co.
Vine sendiri pertama kali debut di tahun 2013 sebagai jejaring sosial sederhana untuk merekam video berdurasi 6 detik yang bisa terus dimainkan ulang secara otomatis. Twitter sebelumnya membeli aplikasi Vine pada 2012 lantaran yakin bahwa platform tersebut akan mendukung layanannya.
Saat itu, nilai akuisisi Vine oleh Twitter sebesar US$ 30 juta atau setara Rp 400 miliar sebelum aplikasi tersebut diluncurkan.
Vine cukup sukses menjadi platform yang menghibur. Sayangnya, aplikasi tersebut dianggap miskin inovasi, sehingga tak mampu bersaing dengan Snapchat serta Musical.ly.
Selanjutnya pada Oktober 2016, Twitter mengumumkan bahwa layanan Vine akan ditutup. Sesaat setelah Twitter mengumumkan penutupan Vine, pendiri Vine Rus Yusupov mencuitkan opininya, "jangan jual perusahaanmu!"
(Tin/Ysl)