Google Pastikan Penyadapan CIA Gagal di Android Terbaru

Menurut pernyataan Google, alat yang digunakan oleh CIA untuk meretas terbilang sudah ketinggalan jaman.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 10 Mar 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2017, 19:00 WIB
Smartphone Android
Ilustrasi smartphone Android. (Doc: Tech Radar)

Liputan6.com, California - Bocoran informasi yang dirilis WikiLeaks mengenai 'alat' yang digunakan Central Intelligence Agency (CIA) untuk meretas dan melakukan spionase siber menarik perhatian publik tak terkecuali Google. Alasannya, dalam bocoran disebut alat yang digunakan CIA dapat meretas perangkat berbagai platform, termasuk Android besutan Google.

Menanggapi bocoran informasi tersebut, Google memastikan CIA tak akan dapat meretas perangkat Android terbaru. Raksasa mesin pencari itu mengatakan alat bernama 'Vault 7' yang digunakan CIA dengan memanfaatkan celah keamanan dan malware itu sudah ketinggalan jaman.

"Setelah kami meninjau dokumen tersebut, kami percaya diri pembaruan keamanan dan perlindung di Chrome OS dan Android sudah melindungi pengguna dari beragam ancaman," ujar Heather Adkins, Director of Information Security and Privacy Google seperti dikutip dari CNET, Jumat (10/3/2017).

Berdasarkan bocoran informasi, CIA ternyata menggunakan kode yang berbeda-beda untuk tiap model Android. Bahkan, beberapa di antaranya menggunakan nama Pokemon. Kode itu nantinya digunakan untuk mengakses perangkat dari jarak jauh, sehingga memungkinkan pihak ketiga memotong alur pesan terenkripsi.

Sebagai contoh, program yang digunakan untuk menyerang Android versi 4.0 sampai 4.1.2 diberi nama Dugtrio. Sementara program untuk menyerang perangkat berbasis KitKat diberi nama Totodile. Untuk versi Chrome OS 32 sampai 39, program yang digunakan bernama EggsMayhem.

Kendati Google sudah memastikan perangkat terbaru aman dari pengawasan CIA, tapi nyatanya tak semua perangkat bisa mendapatkannya. Seperti diketahui, pembaruan software pada perangkat Android tak langsung dilakukan oleh Google melainkan vendor perangkat berkaitan. Padahal, tak seluruh vendor rutin memperbarui software untuk perangkatnya.

Kondisi ini juga disadari oleh pendiri WikiLeaks Julian Assange tak lama setelah informasi ini terungkap. Namun ia menyebut kondisi yang sama juga berlaku untuk iOS."Secara signifikan, Android memang lebih tak aman daripada iOS. Namun keduanya tetap memiliki masalah tersendiri," ujarnya.

Selain Android, perangkat berbasis iOS juga menjadi dipastikan menjadi perangkat yang dapat diretas oleh CIA. Apple memastikan perangkat dengan iOS terbaru terlindungi oleh alat peretasan yang dikembangkan CIA. Ada sekitar 80 persen perangkat yang sudah melakukan pembaruan ke versi teranyar.

Assange juga nyatanya tak tinggal diam dengan informasi ini. Ia menawarkan bantuan perusahaan yang terancam untuk dapat menambal celah keamanan tersebut sebelum menjadi lebih luas. Tak hanya itu, ia juga berencana untuk merilis alat peratas bagi masyarakat umum yang dianggap tak dipersenjatai dengan teknologi canggih.

Untuk informasi, bocoran terbaru dari WikiLeaks ini memang disebut-sebut sebagai publikasi dokumen rahasia CIA terbesar. Selain perangkat mobile dan aplikasi smartphone, alat ini juga memungkinkan agen spionase mengambil alih smart TV Samsung dan mengubahnya menjadi peralatan spionase dengan memanfaatkan mikrofon built-in untuk menguping percakapan sekitarnya.

WikiLeaks juga membeberkan CIA menggunakan berbagai teknik peretasan agar serangan tersebut terlihat seolah-oleh dilakukan Rusia. Penyebab kebocoran dokumen ini juga belum diketahui. WikiLeaks hanya menyebut ada orang dalam CIA yang tertarik memicu debat publik mengenai 'keamanan, penciptaan, penggunaan, proliferasi, dan kontrol demokratis dari senjata siber menyerahkannya beberapa waktu lalu.

(Dam/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya