Fenomena Equinox Bikin Suhu Udara Naik Jadi 40 Derajat Celsius?

Fenomena Equinox disebut-sebut dapat meningkatkan suhu udara di Indonesia hingga 40 derajat Celsius. Apa benar?

oleh Jeko I. R. diperbarui 16 Mar 2017, 10:30 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2017, 10:30 WIB
Matahari Terbenam
Sejumlah orang menyaksikan matahari terbenam di pantai El Tunco di La Libertad, 34 km sebelah selatan dari San Salvador, pada 5 Maret 2017. San Salvador adalah ibu kota sekaligus kota terbesar El Salvador. (AFP Photo / Marvin Recinos)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena Equinox akan kembali terjadi di Indonesia pada akhir bulan ini, tepatnya pada 21 Maret 2017. Fenomena alam tersebut kabarnya juga akan berlangsung pada 23 September 2017 mendatang. Kabarnya, Equinox dapat mengakibatkan suhu udara di Indonesia meningkat drastis hingga 40 derajat Celsius.

Menurut penjelasan laman The Peninsula, Kamis (16/3/2017), Equinox adalah salah satu fenomena alam di mana Matahari berada di lintasan garis khatulistiwa. Waktunya berlangsung 2 kali dalam setahun, yakni pada 21 Maret dan 23 September.

Equinox membuat posisi Matahari terbit dan terbenam bisa dilihat secara horizontal di seluruh dunia. Orang yang tinggai di wilayah subtropis bagian utara dan selatan juga dapat menyaksikan fenomena ini. Lantas, apa memang benar Equinox berpotensi menyebabkan suhu udara menjadi lebih panas?

Seperti dijelaskan Dr Beshir Marzouk dan Dr Mohammed Al Ansari, astronom Qatar Calendar House, Equinox memang bisa membuat suhu udara meningkat, tapi tidak selalu drastis. Untuk wilayah Asia Tenggara--termasuk Indonesia--suhu maksimal hanya bisa mencapai 32-36 derajat Celsius.

"Menjelang hari Equinox, matahari akan ada di posisi yang sama dengan garis ekuator Bumi. Langit akan tampak cerah dari biasanya pada saat petang dan malam hari. Tidak ada kaitannya dengan suhu menjadi lebih panas," kata Dr Al Ansari.

Sebagai catatan, Equinox bukan fenomena seperti HeatWave yang terjadi di wilayah Afrika dan Timur Tengah. Fenomena HeatWave justru dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara ekstrem.

(Jek/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya