Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah operasi antikejahatan siber yang digelar oleh Interpol dan penyidik dari tujuh negara di Asia Tenggara, terungkap hampir 9.000 peladen (server) terinfeksi malware dan ratusan situs web lainnya menjadi target serangan di kawasan tersebut.
Berbagai jenis malware, seperti yang menargetkan lembaga keuangan, menyebarkan ransomware, melakukan serangan Distributed Denial of Service (DDoS), dan menyebarkan spam, merupakan beberapa ancaman yang ditimbulkan oleh server yang terinfeksi tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Operasi ini membantu mengidentifikasi dan menangani berbagai jenis kejahatan dunia maya yang sebelumnya tidak pernah ditangani di negara mereka," kata Francis Chan, kepala unit kejahatan siber kepolisian Hong Kong dan ketua kelompok kerja kejahatan siber Interpol Eurasia, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (25/4/2017).
Para ahli dari tujuh perusahaan swasta juga dilibatkan dalam operasi yang dijalankan di Interpol Global Complex for Innovation (IGCI) yang berbasis di Singapura. Selain itu, Tiongkok memberikan bantuan berupa intelijen siber.
Sekilas soal DDoS, ini termasuk serangan yang paling umum di internet. Serangan ini menargetkan sebuah situs web tidak mampu menangani traffick yang masuk hingga situs web itu betul-betul tidak dapat diakses.
Hampir 270 situs web yang terinfeksi dengan kode malware, juga telah teridentifikasi, di antaranya beberapa situs web pemerintah yang mungkin memuat data pribadi warganya.
Sekadar informasi, upaya ini dilakukan menyusul insiden di Kementerian Pertahanan Singapura, ketika rincian pribadi 850 staf tentara nasional dicuri.
(Why/Cas)