Pavel Durov, Si Ganteng Pencipta Telegram yang Benci WhatsApp

Sebagian besar dari kamu mungkin belum banyak yang mengenal siapa pendiri Telegram. Yuk, cari tahu tentang dirinya di sini.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jul 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2017, 13:00 WIB
Pavel Durov
Pavel Durov, founder dan CEO Telegram. Dok: mashable.com

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini aplikasi Telegram diblokir pemerintah Indonesia. Alasannya adalah Telegram kerap digunakan jaringan teroris untuk menyebar propaganda radikal ke masyarakat. Meski begitu, ada cerita di balik lahirnya Telegram.

Sebagian besar dari kamu mungkin belum banyak yang mengenal siapa pendiri Telegram. Untuk diketahui, Telegram awalnya dibentuk oleh Pavel Durov. Namanya kini ramai menjadi perbincangan di media sosial, terutama setelah versi web dari aplikasi pesan singkat itu diblokir pemerintah Indonesia.

Pria asal Rusia ini lahir pada 10 Oktober 1984 di St. Petersburg (dulu Leningrad). Meski begitu, ia menghabiskan masa kecilnya di Turin, Italia. Ayahnya adalah seorang dosen ilmu sejarah bahasa.

Pendidikan Durov dimulai dari sekolah dasar di Turin. Setelah lulus, ia kembali ke St. Petersburg untuk kuliah di Academy Gymnasium. Mengikuti jejak ayahnya, ia mengambil jurusan filologi, ilmu yang mempelajari sumber sejarah tertulis.

Di tengah masa kuliahnya, ia mempelajari bidang pemrograman. Di sini ia menemukan minat baru dan menekuninya sambil mempelajari filologi. Minat Durov ternyata menghasilkan sesuatu, ia merilis aplikasi perpustakaan online. Durov dan aplikasinya menjadi terkenal di kampus.

Akhirnya, semua mahasiswa dan dosen mendukung Durov untuk mengembangkan layanan forum universitas. Seiring berjalannya waktu, kemampuan Durov di bidang pemrograman berkembang.

Bahkan, ia sempat berencana merilis jaringan sosial untuk mahasiswa. Sayangnya, rencana ini gagal karena sumber daya dan dana yang kurang.

Singkat cerita, teman lama Durov yang tinggal di Amerika Serikat, yaitu Vyacheslav Mirilashvili, membaca prestasi Durov di koran. Ia langsung mencari Durov dan mengajak kerja sama. Saat ulang tahun ke-22, tepatnya 10 Oktober 2006, mereka resmi merilis VKontakte, jaringan sosial mahasiswa.

Terinspirasi Facebook

Tidak butuh waktu lama bagi VKontakte menjadi terkenal di kalangan mahasiswa. Hasilnya, November 2006 VKontakte dibuka untuk umum. Pada Februari 2007, tercatat ada 100 ribu pengguna VKontakte. Keuntungan VKontakte sempat mencapai US$ 3 miliar.

Durov mengakui bahwa ia terinspirasi Facebook. Memang secara sekilas ada kemiripan VKontakte dengan Facebook. Mulai dari warna biru dan putih, tombol Like, dan model penulisan status.

Pada 21 April 2014, era VKontakte harus berakhir karena pemerintah Rusia selalu menekan Durov untuk memberi data lawan politiknya. Di titik inilah Durov merasa privasi adalah hal penting. Durov pun mengundurkan diri dan pergi dari Rusia.

Akhirnya Durov dan kakaknya, Nikolai Durov, mengembangkan aplikasi pengirim pesan yang mengutamakan privasi, yaitu Telegram. Mereka menggunakan enkripsi, di mana percakapan pengguna hampir tidak mungkin disadap.

Meski begitu, Telegram tetap diblokir karena aplikasi ini dilaporkan digunakan oleh ISIS. Durov pun sudah memblokir 78 kanal di Telegram yang diduga berafiliasi dengan ISIS. Namun tetap saja, langkah itu tidak bisa menyelamatkan nasib Telegram di Indonesia.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Benci WhatsApp

Dalam sebuah konferensi teknologi di San Francisco pada 2015, Durov mengatakan WhatsApp memiliki kualitas buruk dan tidak dapat diandalkan.

Bukan hanya karena WhatsApp adalah pesaing berat Telegram, melainkan WhatsApp diklaim memiliki banyak keterbatasan.

Ia mengatakan, bila smartphone pengguna mati, maka pesan yang dikirim melalui WhatsApp tidak dapat diterima. Dia menambahkan, WhatsApp tidak mementingkan privasi pengguna secara serius dan juga tidak mengizinkan pengiriman dokumen. Kedua fitur tersebut merupakan bagian inti Telegram saat itu.

Sebagai informasi, saat ini WhatsApp sudah dibekali dengan fitur enkripsi end-to-end untuk menjamin komunikasi lebih aman. Aplikasi milik Facebook ini juga sudah bisa digunakan untuk mengirim dokumen.

(Theofilus Ifan Sucipto/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya