Tiongkok Diduga Pakai LinkedIn untuk Rekrut Mata-Mata dari Jerman

Tiongkok diduga menggunakan jejaring profesional LinkedIn untuk merekrut mata-mata dari Jerman.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 13 Des 2017, 07:30 WIB
Diterbitkan 13 Des 2017, 07:30 WIB
LinkedIn
Tiongkok diduga menggunakan LinkedIn sebagai jembatan untuk merekrut mata-mata dari Jerman (Sumber: Softpedia)

Liputan6.com, Jakarta - Jejaring sosial LinkedIn yang diakuisisi oleh Microsoft beberapa waktu lalu diduga dipakai Tiongkok untuk merekrut mata-mata dari Jerman.

Sebagaimana dikutip Softpedia, Rabu (13/12/2017), perekrutan ini diduga menggunakan sejumlah akun palsu yang menyerupai profesional muda.

Agensi intelijen Jerman BfV mengungkapkan, mereka berhasil menemukan sejumlah akun yang digunakan Tiongkok untuk berhubungan dengan pejabat tinggi Jerman.

Kemungkinan hal tersebut terkait dengan upaya perekrutan mereka sebagai informan. Disebutkan juga, tujuan Tiongkok melakukan upaya ini adalah menyusup ke departemen dan badan negara Jerman.

Tak ada satu pun pihak atau badan intelijen Tiongkok yang berkomentar atas tudingan ini. Sementara, Kepala BfV, Hans Georg Maassen menunjuk dua akun LinkedIn yang dipakai untuk mengontak para pejabat Jerman.

Adapun salah satu akun tersebut menggunakan nama Allen Liu, yang dalam akunnya tertulis berprofesi sebagai Manajer SDM di firma konsultasi ekonomi. Sementara, akun lainnya diduga merupakan milik seorang bernama Lily Wu yang bekerja di bagian Timur Tiongkok.

"Ini adalah upaya luas yang digunakan untuk menyusup ke parlemen, kementerian, dan instansi pemerintah tertentu," demikian pernyataan Maassen.

Akun LinkedIn telah Diblokir

Gara-gara temuan tersebut, badan intelijen Jerman meminta pengguna LinkedIn yang dihubungi kedua akun di atas itu untuk melaporkannya pada polisi dan menghubungi pejabat setempat.

Microsoft menyebut telah memblokir kedua akun LinkedIn palsu itu. Sayangnya tidak ada laporan soal berapa banyak akun palsu yang telah dilaporkan atas dugaan merekrut politisi Jerman menjadi mata-mata.

"Kami sangat ketat mengawasi akun-akun yang dipermasalahkan, sebagai bagian dari upaya berkelanjutan kami karena akun tersebut melanggar persyaratan layanan. Bagi kami, keamaan platform menjadi prioritas utama. Kami tidak memberikan rincian tentang akun tertentu," tutur juru bicara LinkedIn dalam pernyataannya.

Sekadar diketahui, Microsoft mengakuisisi LinkedIn pada Juni 2016 dengan nilai US$ 26,2 miliar. LinkedIn sebelumnya diincar oleh beberapa perusahaan, termasuk Salesforce.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya