Liputan6.com, Jakarta - Uber dilaporkan berencana menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada rival asal Singapura, Grab. Melalui penjualan bisnis ini, Uber akan mendapatkan imbalan saham yang cukup besar di Grab.
Dilansir CNBC, Senin (19/2/2018), informasi berasal dari dua orang sumber yang mengklaim mengetahui rencana Uber tersebut. Namun, sejauh ini belum ada kesepakatan yang dicapai.
Advertisement
Baca Juga
Grab sendiri memiliki bisnis yang cukup kuat di Asia Tenggara. Layanannya termasuk penyewaan mobil pribadi, motor, taksi dan carpooling di lebih dari 100 kota di Asia Tenggara.
Grab pada pertengahan tahun lalu mengatakan telah menguasai 95 persen pangsa pasar di Asia Tenggara untuk layanan pihak ketiga penyewaan taksi,dan 71 persen untuk kendaraan pribadi.
Di sisi lain, sepak terjang Uber justru tidak begitu mulus di wilayah Asia. Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu kesulitan mengalahkan para pemain lokal.
Dikutip dari Fortune, Uber sudah menyerah di Tiongkok dengan mengalihkan operasionalnya untuk kepemilikan saham di kompetitornya, Didi Chuxing, pada 2016.
Di India, layanan taksi Ola malah berhasil mengambil tiga persen pasar dari Uber pada semester II 2017. Kini, Ola memimpin India dengan lebih dari 15 persen pangsa pasar.
Peran Besar SoftBank
Mengutip laporan dari Fortune, Didi, Ola dan Grab memiliki satu kesamaan yaitu mendapatkan suntikan dana besar dari konglomerat multinasional asal Jepang, SoftBank.
SoftBank pada bulan lalu juga berinvestasi di Uber sebesar US$ 1,25 miliar dan menjadi pemegang saham terbesar.
Berdasarkan hubungan Softbank dan empat perusahaan tersebut, SoftBank disebut sebagai "raja sesungguhnya dari layanan ride-sharing".
Kesepakatan Asia Tenggara antara Uber dan Grab ini dapat mendorong SoftBank untuk merampingkan lingkungan kompetisi layanan ride-sharing.
Rajeev Misra yang bergabung di dewan direksi Uber sebagai bagian dari investasi SoftBank, berpendapat perusahaan yang didirikan oleh ‎Travis Kalanick tersebut harus fokus, terutama di wialayah AS dan Eropa. Uber juga masih memiliki posisi kuat di Amerika Latin dan Timur Tengah.
Kesepakatan di Asia Tenggara dinilai dapat membantu Uber menyeimbangkan bisnisnya ke arah yang benar.
Uber yang dulu pernah berambisi menguasai dunia, langkahnya terganjal berbagai hal termasuk hambatan dari regulasi dan kompetisi kuat di banyak pasar, serta berbagai isu internal.
Advertisement
Kuatnya Pesaing Lokal
Persaingan dari para pemain lokal merupakan salah satu faktor penghambat langkah Uber di sejumlah negara.
Hal ini pun diakui oleh CEO Uber, Dara Khosrowshahi, saat menghadiri Goldman Sachs Technology and Internet Conference di San Francisco pada pekan lalu. Menurutnya, bersaing dengan para pemain lokal sangat sulit.
Jika Uber bersaing dengan para pemain lokal dengan kemampuan yang sama, seperti dari sisi jumlah pengemudi, maka Uber memiliki peluang untuk menang.
Uber, kata Khosrowshahi, juga memiliki merek, teknologi, jaringan dan berbagai hal lainnya yang lebih baik dibandingkan para pemain lain.
Namun, berbagai hal yang menjadi keunggulan Uber tersebut tidak menjadi faktor utama untuk unggul di pasar-pasar tertentu.
"Jika satu-satunya keunggulan kompetitif atau alasan kalian bisa ada di pasar karena bisa menghabiskan uang, maka itu bukan proposisi yang masuk akal," ungkapnya.
(Din/Jek)
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Â