Liputan6.com, Jakarta - Menurut lembaga survei digital, Provetic, transaksi nontunai memiliki peluang tumbuh yang besar di Indonesia.
Penilaian ini didasarkan pada hasil survei yang digelar Provetic secara online pada 20-27 Februari 2018 terhadap 662 responden.
Mayoritas responden berasal dari kategori usia dewasa muda atau millenial, yaitu 66 persen di bawah 30 tahun, dengan proporsi gender 57 persen perempuan dan sisanya laki-laki.
Advertisement
Sebanyak 37 persen responden berasal dari wilayah Jabodetabek dan sisanya dari kota-kota lain di Indonesia.
Baca Juga
Berdasarkan hasil survei, 90 persen responden menyatakan mereka sudah pernah melakukan transaksi nontunai.
Metode pembayaran yang paling sering digunakan adalah 49 persen ATM transfer, 18 persen prepaid card, 16 persen internet banking, 9 persen aplikasi dompet digital dan 6 persen kartu kredit.
Kebanyakan responden merupakan light users dengan low dependency, artinya frekuensi penggunaannya belum terlalu tinggi. Kendati demikian, dari data-data ini, transaksi nontunai terlihat memiliki peluang pertumbuhan yang besar.
"Transaksi nontunai belum terlalu heavy, itu artinya peluang pertumbuhannya masih besar," tutur CEO Provetic, Iwan Setiawan.
Responden yang menyatakan belum pernah melakukan transaksi nontunai, 78 persen di antaranya ingin mencoba melakukan nontunai.
Namun, mereka masih perlu alasan kuat untuk mencoba dan masih bingung cara bertransaksi nontunai.
Hasil survei mengungkapkan ada sejumlah halangan untuk melakukan transaksi nontunai, termasuk masih ada yang menganggap uang tunai lebih mudah digunakan, sebagian besar pengeluaran menggunakan tunai hingga tidak tahu cara menggunakan nontunai.
Selain itu, penggunaan nontunai tampaknya sangat tergantung dengan kemampuan finansial.
"Kita masih harus memberikan edukasi untuk mengenalkan nontunai, orang perlu tahu apa keunggulan pakai cashless (nontuna). Namun tak bisa dihindari, nontunai ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan karena ketika pendapatan tinggi, maka transaksi nontunai-nya semakin tinggi," ungkap Iwan.
Harapan untuk Transaksi Nontunai
Iwan berharap semua pihak bekerja sama untuk menumbuhkan gerakan nontunai di Indonesia. Kerja sama ini dibutuhkan untuk mengatasi berbagai halangan dalam transaksi nontunai.
"Untuk mengatasi ketidaknyamanan, dibutuhkan kerja sama antara investor di sektor fintech, merchant, pengguna dan pemerintah, sehingga gerakan ini dapat bergerak lebih cepat," tuturnya.
Selain itu, transaksi nontunai juga diharapkan bisa dilakukan di lebih banyak tempat, tanpa tambahan biaya administrasi, sistem keamanan yang lebih baik dan lebih banyak promosi, sehingga dapat menarik lebih banyak orang.
Menurut Iwan, keberadaan dompet digital sebagai solusi pendorong terwujudnya gaya hidup nontunai di masa depan, sangat mungkin terjadi jika melihat tren transaksinya di kalangan millenial Indonesia, terutama di e-Commerce, terus meningkat.
Aktivitas transaksi di e-Commerce yang menggunakan nontunai, tidak hanya digunakan untuk pembelian produk-produk gaya hidup, tapi juga penunjang produktivitas keseharian.
"Kebanyakan orang pakai nontunai itu sekarang untuk beli pulsa hingga bayar tagihan listrik. Artinya, kebutuhan terhadap dompet digital di kalangan millennial semakin menguat," jelasnya.
(Din/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement