Kena Hack, Video Despacito, Katy Perry dkk Hilang dari YouTube

Sekelompok hacker yang menamai dirinya Prosox dan Kuroi’sh menyerang musik video beberapa musisi dunia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 10 Apr 2018, 18:41 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2018, 18:41 WIB
Katy Perry
Katy Perry (Rick Rycroft/AP)

Liputan6.com, Jakarta - Video Despacito mencetak sejarah baru di YouTube karena ditonton lebih dari 5,5 miliar kali oleh orang-orang dari seluruh dunia.

Namun, video tersebut sudah dihapus dari YouTube karena terkena hack dari kelompok yang menamai dirinya Prosox dan Kuroi’sh.

Selain itu, bila mencari musik video Hello yang dinyanyikan Adele, judul lagunya sudah diganti oleh para hacker, meskipun videonya masih bisa ditonton. Tulisan yang muncul sedikit berbeda, yaitu x - Hacked by Prosox & Kuroi'SH greats : 18-25 from JVC.

Musisi seperti Kety Perry, Tylor Swift, Shakira, dan Iggy Azalea juga sempat terdampak.

Dilansir The Independent, Selasa (10/4/2018), pada video Despacito, muncul gambar beberapa orang berkostum oranye serta topeng.

Topeng yang mereka pakai tidak mirip Guy Fawkes seperti yang lazimnya dipakai kelompok Anonymous, melainkan  pria berkumis yang menyerupai Salvador Dali, seniman Prancis.

Judul di salah satu musik video Shakira juga diubah menjadi x- hacked by prosox & kuroi'sh @OpIsrael :) FreePalestine ft. Maluma.

Sekarang, video Despacito sudah dihapus.

Sampai berita ini tayang, judul musik video Hello masih belum diperbaiki, sementara musik video Iggy dan Shakira sudah diperbaiki. Sedangkan untuk pihak YouTube sendiri hingga kini masih belum berkomentar.

YouTube Dituding Kumpulkan Data tentang Anak-Anak Secara Ilegal

Ilustrasi ayah dan anak (iStock)
Ilustrasi ayah dan anak (iStock)

Selain masalah hack, sebelumnya YouTube sempat dikritik karena kurang ramah anak.

Koalisi 23 kelompok advokasi anak, privasi dan konsumen melayangkan keluhan mengenai layanan Google, YouTube, kepada Federal Trade Commission (FTC, Komisi Perdagangan Federal) Amerika Serikat (AS).

Kabarnya, mereka menuding Google telah melanggar regulasi perlindungan anak-anak dengan mengumpulkan data pribadi dan menargetkan pengguna di bawah usia 13 tahun dengan iklan.

Campaign for a Commercial-Free Childhood (CCFC) dan Center for Digital Democracy merupakan dua kelompok yang bergabung dengan koalisi tersebut.

Kelompok itu menuduh, meskipun Google mengklaim YouTube hanya untuk pengguna berusia 13 tahun ke atas, kenyataanya perusahaan tahu anak-anak di bawah usia itu menggunakan layanan tersebut.

Google pun dituding mengumpulkan informasi pribadi mereka, seperti lokasi, pengenal perangkat dan nomor telepon.

Diminta Perkuat Layanan Perlindungan Anak

Ilustrasi ayah dan anak (iStock)
Ilustrasi ayah dan anak (iStock)

YouTube merupakan platform paling populer di kalangan anak-anak AS, digunakan oleh sekira 80 persen anak berusia enam hingga 12 tahun.

Google sendiri sebenarnya memiliki aplikasi khusus anak-anak yaitu YouTube Kids, yang dirilis pada 2015 dan didesain berisi konten dan iklan yang sesuai untuk mereka.

YouTube Kids bukan satu-satunya upaya Google membuat layanannya sesuai untuk anak-anak. Layanan berbagi video ini juga merekrut ribuan moderator untuk meninjau konten di YouTube, setelah dikritik lantaran mengizinkan konten kekerasan dan ofensif menyebar, termasuk konten yang mengganggu dan video pelecehan anak.

Di sisi lain, juru bicara YoTube mengatakan belum menerima keluhan yang disampaikan koalisi tersebut. Namun, perusahaan menegaskan komitmen melindungi anak-anak dan keluarga sebagai prioritas yang sangat penting.

"Kami akan membaca pengaduan secara menyeluruh dan mengevaluasi jika ada hal-hal yang bisa kami tingkatkan. Karena YouTube bukan untuk anak-anak, kami berinvestasi secara signifikan dengan membuat aplikasi YouTube Kids sebagai alternatif khusus yang didesain untuk anak-anak," jelas juru bicara tersebut. 

(Tom/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya