Startup Lokal Ini Ingin Bantu Pedagang Pasar Tradisional Jualan Online

Tumbas.in mengusung konsep e-Commerce besutan Bayu Mahendra Saubig dan 4 orang temannya, yaitu Muhammad Fuad Hasbi, Faozi, Tri Asworo Mituhu, dan Ade Rizky Prasojo.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jun 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2018, 14:00 WIB
The NextDev 2018
The NextDev 2018 Talent Scouting Semarang Tumbasin dan Qappas. (Foto: Merdeka)

Liputan6.com, Jakarta - Ada tiga startup terbaik dari 20 finalis yang mengikuti Tahapan Pitch Deck The NextDev 2018 Talent Scouting.

Ketiga startup yang dinilai memiliki konsep matang, memiliki dampak sosial, dan unik ini akan kembali berkompetisi di Final Pitching yang akan diadakan di Jakarta pada akhir Oktober 2018. Salah satu startup terpilih yang menarik perhatian adalah Tumbas.in.

Bukan hanya namanya yang unik karena diambil dari bahasa Jawa, tumbas atau beli, tapi juga ide yang melatarbelakangi pembuatan startup dan tujuannya.

Tumbas.in mengusung konsep e-Commerce besutan Bayu Mahendra Saubig dan 4 orang temannya, yaitu Muhammad Fuad Hasbi, Faozi, Tri Asworo Mituhu, dan Ade Rizky Prasojo.

Ide mendirikan Tumbas.in pada April 2017 muncul setelah melihat para pedagang tradisional yang kesulitan memasarkan produknya, terutama di tengah serbuan pasar modern.

Di saat yang bersamaan, warga di kota besar, seperti Semarang, juga membutuhkan solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Fungsi dan Sistem Kerja Tumbas.in

Pedagang di Pasar Mencos Setia Budi, Jakarta.
Pedagang di Pasar Mencos Setia Budi, Jakarta.

Aplikasi Tumbas.in yang bisa diunduh dari Playstore ini merupakan layanan beli dan antar barang-barang yang dijual di pasar tradisional.

Pengguna cukup melakukan pemesanan tanpa dibatasi minimal pembelian lewat aplikasi di Android.

Nantinya, shopper atau agen yang tersebar di lima pasar di Semarang akan langsung membelanjakan produk yang dipesan.

Barang belanjaan akan dikemas rapi dan diantar oleh kurir maksimal dua jam setelah pemesanan dan dibayar langsung di tempat.

Selain produknya dijamin segar, harganya pun sesuai harga pasar, bahkan bisa dibantu untuk menawar sehingga belanja makin ringan.

Keberhasilan Tumbas.in

Eksekusi Pasar Kemiri Depok Ditunda Sampai Batas yang Belum Ditentukan
Pedagang menata dagangannya di Pasar Kemiri Muka di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/4). Alasan penundaan tersebut karena faktor keamanan dimana Polresta Depok tidak mengabulkan permohonan pengamanan eksekusi. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sejak beroperasi di bulan April 2017, Tumbas.in sudah diunduh lebih dari lima ribu kali dan menggandeng 40 pedagang dari lina pasar tradisional di Semarang.

Untuk menjamin kelancaran usahanya, komisi 10-20 persen yang diambil oleh Tumbas.in berasal dari setiap transaksi dan tidak dibebankan pada konsumen.

Selain itu, pemasukannya juga berasal dari margin harga beberapa barang sembako seperti beras, telur, minyak, gula, tepung, dan susu.

Untuk saat ini, Tumbas.in masih fokus melayani pelanggan di Semarang. Namun, startup besutan lima anak muda Semarang ini ingin memperluas cakupannya ke wilayah Jawa Tengah hingga seluruh Indonesia.

Salah satunya dengan mengikuti kompetisi The NextDev. Keberhasilannya untuk menjadi finalis The NextDev 2018 Talent Scouting Semarang, membuat mimpi ini selangkah lebih dekat.

Bukan hanya namanya yang kian dikenal tapi juga mendapat bekal ilmu untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai tantangan.

Mulai dari menjaga kualitas barang, menghadapi kecurangan yang bisa dilakukan para pedagang, hingga mengatasi biaya pengiriman jika pengguna aplikasi ini semakin banyak.

Kini, tidak perlu repot lagi belanja kebutuhan rumah tangga sehari-hari, cukup klik di sini untuk mendapatkan solusi praktis, sekaligus membantu perekonomian masyarakat bersama Tumbas.in.

Reporter:

Sumber: Merdeka.com

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya