500 Juta Data Pribadi Tamu Hotel Marriott Bocor

Sistem reservasi tamu hotel Marriott telah diretas. Gara-gara peretasan ini, informasi pribadi milik 500 juta tamu pun terekspos.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 03 Des 2018, 16:25 WIB
Diterbitkan 03 Des 2018, 16:25 WIB
Wuxi Maoye City Marriot Hotel, Tiongkok
Wuxi Maoye City Marriot Hotel, Tiongkok

Liputan6.com, Jakarta - Sistem reservasi tamu Hotel Marriott telah diretas. Gara-gara peretasan ini, informasi pribadi milik 500 juta tamu pun terekspos.

Pihak Hotel Marriott sebagaimana dilansir CNN Business, Senin (3/12/2018) mengatakan, peretasan tersebut berdampak pada database reservasi Starwood milik mereka.

Starwood sendiri merupakan grup hotel yang dibeli pada 2016. St Regis, Westin, Sheraton, dan W Hotels termasuk dalam grup ini.

Marriot menyebut, hacker mendapatkan "akses tak resmi" ke sistem reservasi Starwood sejak 2014. Namun, perusahaan baru mengidentifikasi isu ini pada minggu lalu.

"Perusahaan baru-baru ini menemukan adanya pihak tak berizin yang memiliki salinan dan informasi terenkripsi tentang database. Kami mengambil langkah untuk menghapusnya," kata Marriott dalam pernyataannya.

Marriott mengatakan, informasi pribadi milik 327 juta orang telah tereskspos.

Di antara informasi yang terekspos antara lain ada nama, nomor telepon, alamat email, nomor paspor, tanggal lahir, hingga informasi kedatangan dan keberangkatan. Sementara, informasi kartu kredit milik jutaan orang lainnya berpotensi untuk disalahgunakan.

Marriott memperingatkan pihaknya tak dapat mengonfirmasi apakah peretas mampu mendekripsi data kartu kredit yang ikut diretas.

"Kami telah gagal memenuhi harapan tamu dan harapan kami sendiri. Kami melakukan semua yang kami bisa untuk mendukung semua tamu dan menggunakan pelajaran ini untuk dipetik hikmahnya demi menjadi lebih baik," tutur CEO Marriott Arne Sorenson.

Langkah Marriot

Ilustrasi komputer dan peretasan
Ilustrasi (AFP)

Pihak Marriott juga mengaku telah melaporkan kejadian ini ke penegak hukum.

Mereka berjanji untuk segera menghubungi para tamu yang terdampak peretasan dan membuat sebuah web berisi informasi akan hal tersebut. tidak hanya itu, Marriott juga menyiagakan call center bagi para tamu yang terdampak.

Perusahaan juga menyebut, mereka memberikan keanggotaan tamu ke WebWatcher, sebuah layanan monitoring personal.

Marriott juga meminta ke tamunya, untuk selalu memantau jika ada aktivitas mencurigakan yang tak dilakukan.

Selain itu, jaringan hotel terkemuka ini juga meminta para anggota untuk mengubah password dan mengecek kartu kredit mereka jika ada aktivitas yang tak dilakukan oleh mereka.

Sekadar diketahui, peretasan yang dialami Marriott ini menjadi salah satu serangan siber terbesar dalam sejarah, setelah peretasan Yahoo beberapa waktu lalu.

Kala itu, disebutkan, 3 miliar akun Yahoo diretas.

Peretasan Terbesar dalam Sejarah

Yahoo
Kantor Yahoo (sumber: thenextweb.com)

Sebelumnya disebutkan kalau peretasan Marriott merupakan serangan siber terbesar kedua dalam sejarah, sementara peretasan paling masif adalah serangan siber terhadap Yahoo. 

Kejadian ini terjadi pada 2013. Disebutkan akun 1 miliar pengguna Yahoo bocor dan terpengaruh karena pembobolan itu.

Namun belakangan, Oath--nama baru Yahoo setelah dibeli Verizon-- membeberkan, jumlah akun yang bocor karena peretasan masif itu sebanyak 3 miliar akun. Demikian seperti dikutip Tekno Liputan6.com dari Ubergizmo.

Konfirmasi tersebut ditulis dalam laman Oath. "Setelah akuisisi Yahoo oleh Verizon dan selama proses integrasi, perusahaan mendapati--setelah dilakukan penyelidikan lewat bantuan ahli forensik luar--semua akun pengguna Yahoo terdampak pada pembobolan data yang terjadi Agustus 2013."

Perusahaan menganggap hal ini bukan isu keamanan baru, namun merupakan kelanjutan dari yang sebelumnya. Perusahaan pun telah mengirimkan pemberitahuan atas hal ini kepada pengguna akun Yahoo.

(Tin/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya