Lebih dari 300 Juta Pesan Aplikasi Chatting Terekspos di Tiongkok

Parahnya lagi, rekaman juga memuat data pribadi pengguna, seperti nomor kependudukan, foto, alamat, data lokasi GPS, dan juga informasi jenis perangkat yang digunakan.

oleh Jeko I. R. diperbarui 05 Mar 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2019, 12:00 WIB
WeChat
WeChat (crackberry.com)

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 300 juta pesan pribadi dari aplikasi chatting populer di Tiongkok, terekspos ke internet pada Sabtu (2/3/2019). Informasi ini diungkap dari analis keamanan Victor Gevers.

Menurut laporan The Financial Times, Selasa (5/3/2019), ada sekitar 364 juta pesan--termasuk identitas pribadi pengguna yang bisa dicari lewat alamat IP.

Masing-masing berisikan konten percakapan dari aplikasi chatting populer seperti WeChat dan QQ.

Parahnya lagi, rekaman juga memuat data pribadi pengguna, seperti nomor kependudukan, foto, alamat, data lokasi GPS, dan juga informasi jenis perangkat yang digunakan.

Bahkan, database yang memuat pesan tersebut bisa mengirimkan informasi tersebut ke 17 jenis server lain yang tidak bisa diungkap identitasnya.

Dugaan Gevers, data tersebut sudah didistribusikan ke pihak berwajib seperti polisi di kota-kota Tiongkok untuk mengidentifikasi siapa pelakunya.

"Sejauh ini belum ada bukti dari pihak berwajib terkait siapa yang membocorkan ratusan juta pesan tersebut," kata Gevers.

Gevers menambahkan, kebanyakan pesan berasal dari kalangan pengguna remaja.

Beberapa isi pesan juga mengungkap alamat dikirim dari perangkat yang ada di warnet (warung internet).

Asal Usul Kebocoran Pesan

Ilustrasi
Ilustrasi chatting. (dok. pexels.com/Asnida Riani)

Gevers pertama kali mengetahui kebocoran data ini lewat mesin pencarian bernama Shodan.

Lewat mesin pencarian tersebut, pengguna bisa mencari konten lewat perangkat yang terkoneksi internet.

Menurutnya, ada seseorang yang mengacak konfigurasi firewall dan mengekspos database pesan tersebut.

Sebetulnya, sudah hal biasa bagi pemerintah Tiongkok untuk memonitor percakapan pengguna internet.

Sejumlah perusahaan teknologi Tiongkok bahkan melakukan pengumpulan data pengguna dari aplikasi dari situs web.

Ambil contoh WeChat, yang dalam peraturan privasi penggunanya mengklaim akan mengumpulkan data pengguna untuk keperluan perusahaan.

Namun sayangnya, hal tersebut berujung pada kritik masyarakat karena WeChat dianggap telah mengusik privasi pengguna.

Privasi Terkekang, Masyarakat Tiongkok Kini Diawasi Drone Burung

Drone
Sekilas penampakan drone burung besutan Tiongkok. (Foto: South China Morning Post)

Drone sepertinya bukan lagi jadi barang asing di zaman dengan perkembangan teknologi pesat seperti sekarang ini.

Fungsinya bahkan sudah meluas ke berbagai sektor. Ambil contoh Tiongkok. Implementasi drone kini bahkan sudah dimanfaatkan untuk sektor pengawasan.

Terbaru, pemerintah Tiongkok baru saja menciptakan drone dengan bentuk unik, yakni menyerupai burung.

Menurut informasi yang dilaporkan South China Morning Post, Selasa (26/6/2018), drone burung ini ternyata sudah digunakan oleh 30 agen militer dan pemerintah Tiongkok selama beberapa tahun terakhir.

Kehadiran drone tersebut justru menuai respons negatif karena berisiko bisa mengancam privasi masyarakat.

Adapun drone burung bertugas untuk mengawasi gerak-gerik masyarakat di lima provinsi yang ada di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Drone burung merpati ini merupakan proyek pemerintah yang dinamai "Dove".

Proyek dipimpin oleh Song Bifeng, seorang profesor di Northwestern Polytechnical University di Xi'an, Tiongkok.

Song sendiri merupakan ilmuwan senior di balik Chengdu J-20, yakni pesawat jet 'siluman' generasi kelima yang ada di Asia

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya