Kemkominfo Hadirkan Chatbot Anti Hoaks Jelang Pemilu 2019

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyediakan layanan chatbot untuk memberantas peredaran informasi palsu atau hoaks.

oleh Andina Librianty diperbarui 12 Apr 2019, 18:30 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2019, 18:30 WIB
Hoaks Kemkominfo
CEO Prosa.ai Teguh Eko Budiarto, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, dan CEO Kaskus Edi Taslim, dalam acara peluncuran Chatbot Anti Hoaks (Liputan6.com/Andina Librianty)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyediakan layanan chatbot untuk memberantas peredaran informasi palsu atau hoaks.

Layanan bernama Chatbot Anti Hoaks ini sudah tersedia di aplikasi pesan singkat Telegram, dan akan menyusul di WhatsApp, dan Line.

Chatbot Anti Hoaks tersebut, merupakan software berupa program komputer, yang dirancang untuk menjawab setiap pertanyaan publik mengenai informasi yang masih diragukan kebenarannya.

Kehadiran layanan ini merupakan upaya pemerintah bekerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk perusahaan media dan sebuah startup teknologi, untuk menghentikan penyebaran hoaks yang dinilai kian meningkat menjelang Pemilu 17 April 2019.

"Hari ini kami meluncurkan Chatbot Anti Hoaks di aplikasi pesan sebagai upaya untuk mengidentifikasi artikel-artikel yang banyak beredar. Masyarakat bisa langsung mengajukan data untuk mengetahui informasi asli," ungkap Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Kemkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, di kantor Kemkominfo, Jumat (12/4/2019).

Untuk saat ini, Chatbot Anti Hoaks baru tersedia di aplikasi Telegram. Pengguna Telegram bisa langsung mencari akun "chatbotantihoaks", dan mengajukan berbagai pertanyaan untuk mengonfirmasi berbagai informasi yang beredar di internet.

Layanan ini akan meluncur di WhatsApp dan Line dalam sepekan atau dua pekan lagi.

Chatbot Anti Hoaks hanya menerima input berupa artikel, berita, atau informasi dan teks. Untuk saat ini, jika ada informasi berbentuk gambar, file, video, maka masyarakat juga harus menyertakan deskripsi file terkait.

Cara kerja layanan ini seperti chatbot lainnya. Pengguna hanya perlu mengetik teks terkait isu tertentu yang ingin diketahui kebenarannya, lalu layanan tersebut akan meneruskan informasi yang diterima ke sistemnya.

Setelah itu, Chat Anti Hoaks akan memberikan rekomendasi hoaks atau fakta berdasarkan referensi yang ditemukan di dalam data base atau basis datanya.

Klarifikasi data yang akan disajikan melalui chatbot berasal dari database, atau pangkalan data mesin AIS Kemkominfo.

Kemkominfo terus melakukan berbagai upaya untuk memerangi hoaks, dengan mengintensifkan penggunaan mesin AIS yang bekerja 24 jam setiap hari, serta didukung oleh 100 anggota tim verifikator.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kerja Sama dengan Berbagai Pihak

Chatbot
Ilustrasi chatbot anti hoaks. Liputan6.com/Andina Librianty

Kemkominfo bekerja sama dengan Prosa, yaitu sebuah startup pengembang natural language processing dengan teknologi Artificial Intelligence (AI), yang dapat mempermudah masyarakat melakukan pengecekan kebenaran sebuah informasi atau berita.

Prosa inilah yang mengembangkan layanan Chatbot Anti Hoaks tersebut.

CEO Prosa.ai, Teguh Eko Budiarto, mengatakan juga memiliki ratusan ribu database untuk mengidentifikasi informasi yang diajukan oleh masyarakat.

Database ini merupakan kombinasi dari database Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), dan media-media resmi yang tergabung dalam pengembangan layanan.

"Kami kerja sama dengan Mafindo juga untuk database, sudah diintegrasikan ke sistem kami. Selain itu kami juga ada kerja sama dengan GDP Venture (media-medianya), dan kami harap akan ada kerja sama resmi dengan media-media lainnya agar bisa lebih cepat dalam mengidentifikasi informasi," jelas Budi.

Layanan Chat Anti Hoaks ini merupakan bagian dari berbagai upaya yang dilakukan Kemkominfo dalam memerangi hoaks.

Sebelumnya, Kemkominfo bekerja sama dengan WhatsApp melakukan pembatasan forwarded messages (penerusan pesan) dari sebelumnya 20 kali menjadi hanya lima.

(Din/Jek)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya