Liputan6.com, Jakarta - Samaira Mehta mungkin seperti anak-anak berusia 10 tahun pada umumnya. Lewat akun Instagram, kita bisa melihat kegiatannya sehari-hari seperti berjualan minuman limun, berenang, hingga menari.
Namun demikian, ada hal menarik dari Mehta. Gadis yang jago coding ini ternyata merupakan founder sekaligus penemu dari CoderBunnyz.
Advertisement
Baca Juga
CoderBunnyz merupakan sebuah board game yang mengajarkan para pemainnya, yakni anak usia 4 tahun ke atas tentang konsep coding program.
Lewat gim ini, anak diminta untuk mengarahkan kelinci untuk makan wortel. Namun, untuk makan wortel mereka diajak berpikir, dalam hal ini membuat code yang bisa melancarkan jalan si kelinci sampai ke tujuan.
"CoderBunnyz secara umum mengajarkan segala konsep yang dibutuhkan dalam program komputer kepada anak-anak," kata Mehta dikutip dari CNBC, Selasa (30/4/2019).
Dia menambahkan, dalam gim ini anak diajarkan konsep mendasar coding seperti pengurutan, persyaratan konsep loop, fungsi, stack, antrean, daftar, dan lain-lain.
Belajar Coding Sejak 7 Tahun
Mehta mengatakan, dirinya mulai mengkonseptualisasi game board tersebut saat usia 7 tahun. Itu dilakukan ketika sang ayah yang merupakan engineer mengajarkannya cara untuk meng-coding.
Seiring dengan upayanya meng-coding, dia memperhatikan ada celah di pasar untuk produk yang membantu anak-anak belajar programming computer.
Dia mulai dengan membuat sketsa gim tersebut. Kemudian dengan bantuan keluarganya, Mehta terhubung dengan desainer grafis dan produsen gim di Tiongkok dan Selandia Baru. Setelah bertukar email, Mehta memilih produk yang menurutnya tepat.
"Keluarga saya sangat terlibat dalma bisnis ini," katanya.
Di mana, sang ibu mengawasi bidang pemasaran dan media sosial sementara adik lelakinya menguji gim.
Advertisement
Gim Kedua
Setelah membesut gim CoderBunnyz, Mehta juga membuat gim keduanya yang bernama CoderMindz. Gim ini merupakan board game yang mengajarkan anak tentang konsep kecerdasan buatan melalui bahasa pemrograman Java.
"Saya sangat menyukai coding. Saya ingin anak-anak lain juga merasa demikian, sebab coding merupakan sebuah masa dean dan pada pekerjaan inilah dunia akan bergantung, pada 10 atau 15 tahun lagi," kata Mehta.
Dia menambahkan, jika anak-anak ingin belajar coding sekarang, nanti saat dewasa mereka bisa menjadikan coding (engineer) sebagai kesempatan untuk berkarier.
Sejauh ini, dia telah membukukan pendapatan USD 200 ribu (setara Rp 2,8 miliar) sejak April 2018 dan menjual 6.000 board game CoderBunyz. Mehta pun kembali menginvestasikan uangnya untuk gim, menabung untuk kuliah, dan mendonasikan sisanya.
Dia juga menjual gim tersebut lewat internet serta menyimpannya di garasi. Pada awal gim ini dirilis, Mehta dan keluarga sempat kewalahan menangani pesanan yang masuk.
Namun kemudian dia mulai memiliki tim yang membantu masalah pengepakan dan Amazon mulai membantunya berjualan.
Dilirik Facebook, Google, sampai Michelle Obama
Bisnis kecil yang berkembang ini membuat Mehta dilirik oleh perusahaan teknologi terkemuka seperti Facebook, Microsoft, hingga Intel. Pasalnya, Mehta mendapat kesempatan untuk mengisi materi workshop bagi keluarga karyawan dan anak-anaknya tentang coding.
Namun, yang paling menyenangkan adalah Mehta berkesempatan untuk bertemu dengan Chief Cultural Officer Google, Stacy Sullivan.
"Dia bilang, jika saya dewasa nanti, saya mungkin bisa bekerja di Google, jika saya mau. Dia juga mengatakan, saya mungkin bisa memiliki perusahaan sendiri," tutur Mehta yang senang bisa bertemu dengan Sullivan.
Mehta pun mengatakan, Sullivan menginspirasinya untuk bekerja lebih keras.
Tidak hanya itu, Mehta juga pernah mendapatkan semangat dari mantan ibu negara Amerika Serikat, Michelle Obama. Pada 2016, Michelle Obama pernah menuliskan surat pada gadis 10 tahun itu.
"Sangat keren bisa menerima surat dari beliau. Dia menyemangati saya untuk terus bekerja keras dan saya adalah inspirasi untuk banyak orang," ucapnya.
Saat ini, gadis 10 tahun itu masih fokus membuat CoderBunnyz sukses sekaligus belajar di sekolah. Dia menyebut, ke depan ingin berkuliah di kampus impiannya yakni Stanford University dan menggapai impiannya sebagai wirausahawan.
"Sekarang saya sudah menjadi wirausahawan. Namun saya ingin memperluas itu menjadi wirausahawan yang mampu membantu orang lain dan komunitas," ucapnya.
(Tin/Ysl)
Advertisement