Retas Apple 2 Kali, Hacker Remaja Ini Berharap Dapat Kerja di Sana

Hacker berusia remaja tersebut berharap dirinya bisa mendapatkan tawaran pekerjaan di Apple lantaran bisa meretas di sistem Apple, hingga dua kali.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 28 Mei 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2019, 17:00 WIB
Logo Apple
Ilustrasi: Selain menjadi toko ritel pertama di Asia Tenggara, Apple Store ini juga menjadi toko pertama yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan (sumber : bgr.com)

Liputan6.com, Jakarta - Peretasan sering dianggap sebagai aktivitas ilegal. Namun hal ini tak membuat orang berhenti untuk melakukan aksi tersebut.

Kadang-kadang, upaya peretasan justru membuahkan hasil, di mana ada sejumlah perusahaan dan organisasi yang berterima kasih atau terkesan dengan keahlian para peretas dalam menemukan celah.

Tak jarang pula, perusahaan menawarkan pekerjaan pada hacker, alih-alih mengajukan tuntutan hukum terhadap mereka.

Kasus ini dialami oleh seorang hacker remaja berusia 17 tahun asal Australia yang beberapa tahun lalu meretas sistem Apple.

Mengutip laman Ubergizmo, Selasa (28/5/2019), remaja tersebut berharap dirinya bisa mendapatkan tawaran pekerjaan di Apple lantaran bisa menemukan celah di sistem Apple, hingga dua kali.

Upaya penemuan celah dengan peretasan tersebut dilakukan oleh sang remaja karena terinspirasi hacker lain di Eropa yang melakukan hal serupa.

Remaja yang tak disebut namanya ini sempat melakukan aksinya pada Desember 2015 dan mengulang kembali pada awal 2017.

Meski si remaja tak mendapatkan tawaran pekerjaan dari Apple, setidaknya dia tak dipenjara. Pasalnya, pihak FBI melaporkannya kepada Australian Federal Police (AFP).

Retas Apple Waktu Masih 13 Tahun

Sambut WWDC 2015, Apple Sibuk Berbenah
Para pekerja tengah memasang logo Apple di Moscone West pada 3 Juni (Foto: Mashable)

Mark Twiggs yang merupakan pengacara si remaja mengatakan, kliennya tidak sadar betapa seriusnya aksi peretasan itu dan justru berpikir Apple akan menawarkan pekerjaan.

"Pelanggaran ini terjadi ketika klien saya masih berusia 13 tahun, sangat muda," katanya.

Sang pengacara menyebut, kliennya itu tak tahu betapa seriusnya pelanggaran yang dilakukan.

"Dia berpikir kalau Apple akan menawarkan pekerjaan, seperti kasus di Eropa, orang melakukan hal serupa dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang diretasnya," kata Twiggs.

Hakim Australia kala itu menemukan fakta bahwa si remaja tak menggunakan keahliannya untuk tujuan jahat melainkan karena ketertarikannya pada teknologi dan Apple.

Pengacara juga mengatakan, kliennya akan menggunakan keahlian sebagai seorang engineer di masa depan.

Apple Tak Minta Ganti Rugi

Apple
Apple Store

Untungnya, pengadilan maupun Apple tidak meminta ganti rugi atas pelanggaran yang dilakukan remaja tersebut.

Twiggs juga mengatakan, kliennya diampuni karena dia berencana untuk mempelajari bidang keamanan siber dan kriminologi di universitas. Dengan demikian, masa depan si remaja tersebut bisa lebih baik.

Hakim David White berpesan ke si remaja untuk selalu menggunakan keahliannya untuk hal baik, bukan hal jahat.

"Dia jelas merupakan individu berbakat di bidang IT, mereka yang memiliki keahlian tidak boleh menyalahgunakan bakat tersebut," tutur sang hakim.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya