Google Bentuk Aliansi Lawan Aplikasi Berbahaya di Play Store

Dalam membentuk aliansi ini, Google menggandeng ESET, Lookout, dan Zimperium.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 07 Nov 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2019, 12:00 WIB
Android 10
Android 10 yang baru saja dirilis oleh Google (sumber: Google)

Liputan6.com, Jakarta - Android harus diakui kerap menjadi sasaran malware atau hacker. Karenanya, Google selaku pengembang mengupayakan segala cara agar platform tersebut tetap aman dan nyaman digunakan pengguna.

Salah satu langkah terbaru yang dilakukan perusahaan adalah membuat App Defense Alliance. Sesuai namanya, aliansi ini dibangun Google bersama sejumlah perusahaan keamanan, seperti ESET, Lookout, dan Zimperium.

Dikutip dari Tech Crunch, Kamis (7/11/2019), mereka akan bekerja sama untuk melawan upaya masuknya aplikasi berbahaya ke Play Store. Dengan demikian, aplikasi tersebut tidak bisa menyambangi perangkat pengguna Android.

Untuk diketahui, ketiga perusahaan dalam kolaborasi ini merupakan pihak yang juga berkontribusi dalam penemuan malware di Play Store. Karenanya, kolaborasi dengan ketiganya diharapkan dapat membuat keamanan aplikasi Android makin baik.

Adapun kolaborasi ini akan melibatkan sistem Google Play Protect dan mesin pemindai yang dimiliki masing-masing perusahaan. Google menyebut kolaborasi semacam ini penting dilakukan untuk melawan aplikasi mobile yang berbahaya.

Perlu diketahui, Google memang masih berjuang melawan aplikasi berbahaya dalam platform Android. Sejak beberapa tahun terakhir, ada beberapa langkah yang dilakukan perusahaan, termasuk penerapan Play Protect.

Data dari Google menunjukkan awal tahun ini ada sekitar 0,04 persen aplikasi berbahaya yang diunduh dari Play Store. Jumlah itu sekitar 30 juta aplikasi dari total keseluruhan.

Oleh sebab itu, raksasa internet tersebut terus berupaya memperbaiki keamanan toko aplikasinya. Terlebih, dalam beberapa bulan terakhir, aplikasi Android yang berbahaya kembali banyak ditemukan.

Deretan Aplikasi Berbahaya Jadi Masalah Utama Android

Dirancang Bebas, Google Akui Android Tidak Aman
Head of Android Google Sundar Pichai mengatakan jika ia berada di bisnis menciptakan malware, ia kemungkinan akan menargetkan Android juga.

Pertengahan tahun ini, sebuah studi yang dilaksanakan dua tahun berturut-turut mengungkap masalah utama pada Android.

Hasil studi tersebut mengungkap bahwa aplikasi-aplikasi berbahaya merupakan masalah signifikan yang ada pada Android. Demikian sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Softpedia, Rabu (26/6/2019).

Padahal, Google telah melakukan berbagia hal untuk meningkatkan keamanan bagi penggunanya.

Tim peneliti dari Data61, bagian dari University of Sidney dan Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) membuat sistem analisis aplikasi canggih yang mengandalkan jaringan bernama convolutional untuk memindai aplikasi dan menentukan kesamaan, termasuk ikon aplikasi.

Aplikasi-aplikasi berbahaya, termasuk kloningan yang berupaya melakukan metode scam terhadap pengguna maupun perangkat, biasanya memakai ikon yang menyerupai aplikasi populer guna menipu pengguna supaya mau mengunduhnya.

Penelitian ini juga bergantung pada performa pemindaian anti-malware VirusTotal, termasuk pemeriksaan izin dan pustaka iklan pihak ketiga untuk melihat aplikasi yang merusak perangkat yang dipasangi.

Terlalu Banyak Aplikasi Berbahaya

Malware Baru Android
Mazar, malware yang mampu hapus data smartphone lewat SMS (Foto: PhoneArena)

Hasil penelitian tersebut, dari satu juta aplikasi yang diperiksa, ada sekitar 50 ribu aplikasi yang menyertakan kesamaan dengan aplikasi populer di Play Store.

"Kami menemukan 2.040 pemalsuan potensial yang mengandung malware dalam 49.608 aplikasi yang menunjukkan kemiripan tinggi dengan salah satu dari 10 ribu aplikasi populer teratas di Google Play Store," kata penelitian tersebut.

Tidak hanya itu, tim peneliti juga menemukan 1.565 pemalsuan potensial yang meminta lima izin berbahaya tambahan dari aplikasi asli.

Kabar positifnya, 35 persen aplikasi yang ditandai sebagai aplikasi berbahaya tidak lagi tersedia di Google Play Store.

Kemungkinan hal ini karena Google telah menghapus aplikasi-aplikasi tersebut setelah menemukan ancaman potensial. Namun 65 persen aplikasi berbahaya masih ada di toko aplikasi.

Untuk itu, pengguna perlu lebih hati-hati terhadap aplikasi-aplikasi yang ada, sebelum mengunduhnya.

Beberapa cara perlindungan di antaranya adalah mengecek ikon, deskripsi, dan review aplikasi dari pengguna lain, sebelum mengunduh aplikasi tersebut.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya