GSMA: Indonesia Bisa Raup Untung Rp 145,3 Triliun dari Frekuensi 700MHz

Menurut Head of Spectrum GSMA, Brett Tarnutzer, frekuensi 700MHz penting sebab merupakan pondasi bagi layanan 4G dan 5G.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 06 Feb 2020, 15:03 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2020, 15:03 WIB
GSMA
Konferesi pers laporan GSMA soal industri digital Indonesia di Jakarta, Kamis (6/2/2020). (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)

Liputan6.com, Jakarta - GSMA baru saja mengeluarkan laporan studi terbaru mengenai transisi digital yang harus dilakukan Indonesia. Poin penting dalam laporan itu adalah pemanfaatan frekuensi 700MHz untuk keperluan mobile di 2020.

Menurut Head of Spectrum GSMA, Brett Tarnutzer, frekuensi 700MHz penting sebab merupakan pondasi bagi layanan 4G dan 5G. Karenanya, penting bagi Indonesia untuk segera mengalokasikannya bagi operator seluler.

Sekadar informasi, frekuensi 700MHz di Indonesia saat ini masih digunakan untuk TV analog. Adapun proses realokasi frekuensi tersebut masih menunggu revisi UU Penyiaran.

"Ini waktu yang tepat bagi Indonesia untuk mulai mengalokasikan frekuensi 700MHz untuk mobile broadband. Kami memperkirakan keuntungan ekonomi dari frekuensi ini mencapai Rp 145,3 triliun untuk 10 tahun ke depan," tuturnya di Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Brett mengatakan nilai itu dihitung berdasarkan sejumlah dampak yang dihasilkan dengan membuat lebih banyak orang terhubung internet. Termasuk di dalamnya, efek langsung dan tidak langsung, seperti peningkatan produktivitas dengan hadirnya internet.

Head of Spectrum GSMA, Brett Tarnutzer, saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (6/2/2020). (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)

"Karenanya, penting untuk menghindari penundaan alokasi frekuensi 700MHz. Hal ini memang masih menjadi tantangan, tapi sebenarnya akan membawa keuntungan bagi ekonomi," ujar Brett lebih lanjut.

Oleh sebab itu, penundaan alokasi 700MHz untuk jaringan mobile akan membuat potensi kehilangan keuntungan Indonesia mencapai Rp 41,5 triliun. Jumlah itu didasarkan pada perhitungan penundaan alokasi frekuensi hingga tiga tahun ke depan, yakni 2023.

"Terlebih, negara lain di Asia Tenggara seperti Malaysia, Filipina, dan Singapura sudah mulai mematikan siaran analog (700MHz), sehingga operator bisa melakukan ekspansi 4G termasuk uji coba 5G," tuturnya menjelaskan.

 

Keuntungan Pemanfaatan Frekuensi 700MHz

Konferesi pers laporan GSMA soal industri digital Indonesia di Jakarta, Kamis (6/2/2020). (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)

Dalam laporannya, GSMA menyebut 700MHz mampu memberikan keuntungan sebab merupakan spektrum frekuensi rendah yang memberikan konektivitas lebih luas. Selain itu, pengguna jaringan mobile juga dapat memakai akses internet yang lebih baik.

Berbekal kondisi itu, nantinya diprediksi dapat meningkatkan produktivitas masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab, masyarakat dapat mengkakses layanan baru yang sebelumnya tidak mungkin dicapai dengan kecepatan internet rendah.

Tidak hanya itu, dengan internet yang lebih baik, akses informasi dan layanan akan semakin mudah. Hal itu akan mendorong efisiensi pada sejumlah industri, termasuk kesehatan dan layanan finansial.

Dampak ini juga terasa di wilayah rural Indonesia yang tidak terjangkau fixed broadband. GSMA memperkirakan, jika frekuensi 700MHz difungsikan untuk jaringan mobile, pengguna internet mobile di Indonesia akan bertambah hingga 10 dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya