Kecerdasan Buatan Identifikasi Antibiotik Baru

Sejumlah peneliti di MIT telah mengidentifikasi suatu senyawa antibiotik baru yang lebih kuat dengan bantuan machine learning.

oleh M Hidayat diperbarui 23 Feb 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi antibiotik
Ilustrasi antibiotik. Kredit: Arek Socha via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah peneliti di MIT telah mengidentifikasi suatu senyawa antibiotik baru yang lebih kuat dengan bantuan machine learning.

Antibiotik itu mampu membunuh banyak bakteri penybebab penyakit paling bermasalah di duina, termasuk beberapa penyakit yang resisten terhadap semua jenis antibiotik.

"Kami ingin mengembangkan platform yang akan memungkinkan kami untuk memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan untuk mengantar era baru penemuan obat antibiotik," ujar James Collins, Termeer Professor of Medical Engineering and Science di Institute for Medical Engineering and Science (IMES) dan Department of Biological Engineering di MIT sebagaimana dikutip dari Eurekalert, Minggu (23/2/2020).

Pendekatan yang digunakan, kata Collins, telah mengungkap molekul luar biasa yang bisa disebut sebagai salah satu antibiotik kuat yang pernah ditemukan.

Mereka percaya model kecerdasan buatan yang mereka gunakan juga dapat dimanfaatkan untuk merancang obat baru.

Model kecerdasan buatan ini dapat melakukan screening terhadap lebih dari seratus juta senyawa kimia dalam hitungan hari saja.

Memilih antibiotik potensial

Selain itu, model ini dirancang untuk memilih antibiotik potensial yang mampu membunuh bakteri menggunakan mekanisme berbeda dari obat yang sudah ada.

Dalam beberapa dekade terakhir, hanya ada sedikit antibiotik baru yang telah dikembangkan. Sebagian besar di antaranya adalah varian obat yang sedikit berbeda.

Metode untuk screening antibiotik baru yang ada saat ini, menurut Collins dan peneliti lainnya, sering kali memakan biaya tinggi, memakan waktu lama, dan biasanya terbatas pada cakupan keragaman kimia yang sempit.

"Kita menghadapi krisis yang berkembang di sekitar resistensi antibiotik, dan situasi ini dihasilkan oleh meningkatnya jumlah patogen yang menjadi resisten terhadap antibiotik yang ada," kata Collins.

 

Peneliti lainnya

Peneliti lainnya yang terlibat di penelitian ini adalah profesor Regina Barzilay, profesor Tommi Jaakkola, dan beberapa mahasiswa, yakni Kevin Yang, Kyle Swanson, dan Wengong Jin.

Mereka sebelumnya telah mengembangkan model machine learning yang dapat dilatih untuk menganalisis struktur molekul dari senyawa dan menghubungkannya dengan sifat-sifat tertentu, seperti kemampuan untuk membunuh bakteri.

(Why/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya