Liputan6.com, Jakarta - Pengguna aplikasi video conference Zoom yang kian hari semakin meningkat ternyata masih dihinggapi isu yang tak sedap, terkait keamanan.
Ya, aplikasi ini diterpa sejumlah masalah keamanan dan privasi, salah satunya zoombombing, yang pada akhirnya banyak pengguna maupun perusahaan memutuskan untuk tidak menggunakan Zoom.
Kabar baiknya, saat ini Zoom telah merilis aplikasi versi terbaru yaitu Zoom 5.0. Pembaruan ini hadir dengan sejumlah fitur keamanan dan privasi yang telah ditingkatkan, seperti enkripsi ACM 256-bit GCM yang membantu melindungi data saat dalam perjalanan.
Advertisement
Baca Juga
Perusahaan juga memperkenalkan fitur kontrol baru seperti perutean data, di mana admin dapat memilih wilayah pusat data yang digunakan untuk melakukan video conference.
Ini merupakan pembaruan untuk menepis isu sebelumnya, di mana beberapa panggilan Zoom dialihkan ke China, yang mengarah ke masalah privasi.
Diwartakan Ubergizmo, Senin (27/4/2020), Zoom juga akan mengaktifkan Waiting Rooms dan kata sandi secara default untuk mengurangi potensi zoombombing.
Eric S. Yuan, CEO Zoom, mengatakan langkah ini baru permulaan, di mana perusahaan berkomitmen untuk membangun bisnis dengan memberikan kebahagiaan kepada pelanggan.
"Kami akan mendapatkan kepercayaan pelanggan dan memberikan mereka kebahagiaan dengan fokus kami untuk menyediakan platform yang paling aman," ucap Eric.
Â
Facebook Messenger Rilis Fitur Video Call Mirip Zoom
Sebelumnya, Facebook menambahkan fitur anyar yang disebut-sebut mirip dengan kemampuan Zoom.
Dikutip dari The Verge, Sabtu (25/4/2020), fitur baru ini diberi nama Messenger Rooms. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan pengguna Messenger untuk terhubung secara virtual dengan lebih banyak partisipan hingga 50 orang.
Facebook memungkinkan kreator untuk mengatur apakah Rooms dapat diakses secara terbuka atau membatasi ke partisipan yang mendapat undangan. Kreator Rooms juga dapat menyingkirkan partisipan yang dianggap mengganggu.
Baca Juga
Tidak hanya itu, perusahaan juga membuka kanal pelaporan untuk tindakan terlarang yang dilakukan di Rooms. Nantinya untuk mengakses fitur ini, kreator dapat mulai memulainya dari aplikasi Facebook atau Messenger.
Pengguna yang ingin bergabung juga tidak perlu memiliki akun Facebook terlebih dulu. Meski baru dapat dibuat lewat Facebook, ke depannya perusahaan ingin fitur ini dapat diakses pula melalui Instagram Direct, WhatsApp, termasuk Portal.
Pengguna yang sudah tergabung dalam percakapan di Room dapat pula memanfaatkan filter augmented reality atau mengganti latar belakang. Meski tidak ada teknologi end-to-end encryption, perusahaan mengatakan tidak memantau percakapan yang dilakukan melalu fitur ini.
Sebagai informasi, raksasa media sosial ini memang tengah meningkatkan layanan video di hampir seluruh lini produknya, baik dari WhatsApp hingga Instagram.Â
Jadi, Facebook telah mengumumkan menambah daftar orang yang bergabung di video call WhatsApp, lalu ada kemampuan video calls di Facebook Dating, termasuk fitur live streaming baru di Instagram.
Advertisement
Trafik Grup Video Call di Facebook Melonjak
Facebook sendiri mengakui trafik group video call di platformnya melonjak selama wabah virus corona saat ini. Hal ini diakui oleh CEO Facebook Mark Zuckerberg.
Dalam data yang dibagikan bulan lalu, lonjakan trafik group video call menggunakan Facebook Messenger mencapai lebih dari 70 persen. Sementara, waktu orang berada dalam group video call meningkat 2 kali lipat secara global.
Dikutip dari CNET, Kamis (26/3/2020), penggunaan fitur voice dan video call di WhatsApp juga meningkat 2 kali lipat dibandingkan tahun lalu, terutama saat masa merebaknya virus corona.
Namun, sebagai platform media sosial nomor satu di dunia, Facebook juga menghadapi tantangan dalam memerangi informasi palsu, hoaks, rumor, dan konspirasi terkait dengan virus ini.
Tetap saja, layanan Facebook menjadi sangat penting bagi pengguna di seluruh dunia untuk saling terhubung. Facebook menyebut, layanannya juga banyak dipakai oleh pemimpin komunitas dan tenaga ahli kesehatan untuk membagikan informasi dan dukungan.
Siapkan Infrastruktur Jika Diperlukan
Di Inggris misalnya, satu juta pengguna Facebook mengikuti grup dukungan Covid-19.
Peningkatan aktivitas di Facebook disebut-sebut belum berdampak terhadap kemampuan perusahaan menangani lonjakan trafik. Namun, Mark Zuckerberg menyebut, perusahaan bersiap merespons jika trafik penggunaan meningkat lebih jauh.
"Kami berusaha memastikan, kami bisa tetap melayani pengguna. Saat ini wabah belum sampai puncaknya, kami perlu memastikan infrastrukturnya cukup kuat agar layanan bisa ditingkatkan saat situasi mendesak," kata dia.
(Isk/Why)
Advertisement