Liputan6.com, Jakarta - YouTube baru saja menegaskan bakal melarang konten yang bertolak belakang dengan pandangan WHO termasuk otoritas kesehatan setempat mengenai vaksin, terutama Covid-19.
Dilansir dari Engadget, Kamis (15/10/2020), YouTube mengatakan akan menghapus video yang menyatakan vaksin Covid-19 dapat membunuh, membuat tidak subur, bahkan menjadi cara pemerintah menanamkan chip di manusia.
Pertanyaan itu diungkapkan oleh layanan Google tersebut melalui unggahan di blog. Sebelumnya, platform ini juga sudah menyingkirkan video yang berisi anggapan bahwa Covid-19 tidak ada.
Advertisement
Baca Juga
Lalu pada April lalu, YouTube juga sudah menghapus sejumlah konten yang menghubungkan Covid-19 dengan teknologi jaringan seluler terbaru 5G.
Sejak Februari tahun ini, platform tersebut mengatakan telah menghapus lebih dari 200 ribu video yang berisi informasi menyesatkan atau salah mengenai Covid-19.
Sebagai langkah selanjutnya, YouTube memiliki rencana untuk memungkinkan otoritas setempat melakukan sosialisasi mengenai vaksin Covid-19 di platformnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Facebook Akan Larang Iklan yang Membuat Orang Enggan Divaksin
Sebelum YouTube, Facebook juga sudah melakukan langkah serupa. Facebook akan melarang iklan yang menghalangi orang untuk divaksinasi.
Gerakan ini merupakan kampanye kesehatan masyarakat baru dari perusahaan yang bertujuan untuk menyebarkan informasi vaksin flu.
Perubahan tersebut merupakan kebalikan dari kebijakan Facebook sebelumnya, yang melarang iklan dengan informasi salah tentang vaksin, tetapi mengizinkan iklan yang menyatakan penolakan vaksin jika tidak mengandung klaim palsu.
Namun, perusahaan mengatakan dalam sebuah blog, bahwa mereka masih akan mengizinkan iklan yang mendukung atau menentang undang-undang atau kebijakan pemerintah tentang vaksin, termasuk vaksin Covid-19.
Konten dan diskusi anti-vaksin akan tetap diizinkan untuk ditampilkan secara organik di platform, termasuk di grup Facebook. Demikian sebagaimana dikutip dari Guardian, Rabu (14/10/2020).
Analisis Guardian menemukan keterlibatan dengan unggahan anti-vaksin pada sampel halaman Facebook, melonjak pada musim panas ini.
Advertisement
Kebijakan Lebih Ketat
Seorang juru bicara Facebook mengatakan kebijakan periklanan "secara keseluruhan lebih ketat" daripada standar komunitas yang berlaku untuk pengguna individu.
Perusahaan juga memiliki kebijakan lain tentang kesalahan informasi kesehatan di luar periklanan, termasuk menandai pernyataan palsu untuk pemeriksaan fakta.
"Jika kami menghapus semua rumor dan hoaks, konten tersebut akan tetap tersedia di tempat lain di internet, ekosistem media sosial," kata juru bicara tersebut.
Dengan membiarkan konten ini terbuka, ia menambahkan, perusahaan dapat memberi orang-orang informasi dan konteks penting alih-alih menciptakan kekosongan informasi.
Facebook mengatakan akan mulai memberlakukan peraturan baru ini dalam beberapa hari ke depan.
Perubahan itu terjadi ketika raksasa media sosial tersebut menghadapi tekanan dari anggota parlemen dan kelompok kesehatan masyarakat untuk menindak informasi yang salah dan konten anti-vaksin.
(Dam/Why)