Jelang Penutupan, Peserta HighPitch 2020 Capai 200 Startup

Menjelang penutupan pendaftaran HighPitch, partisipasi startup dalam kompetisi ini ternyata sudah sesuai harapan dan terus meningkat.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 03 Nov 2020, 09:30 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2020, 09:30 WIB
Startup
Ilustrasi startup. (Foto UMG Idealab)

Liputan6.com, Jakarta - Kompetisi startup nasional HighPitch 2020 yang diorganisir oleh Kementerian Pariwisita dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama UMG IdeaLab dan ALTIRA telah memasuk minggu kedua pendaftaran.

Menjelang penutupan pendaftaran, partisipasi startup dalam kompetisi ini ternyata sudah sesuai harapan dan terus meningkat. Hingga saat ini, ada hampir 200 startup yang mendaftar dan berasal dari lima region di seluruh wilayah Indonesia.

"Kami melihat adanya antusiasme yang tinggi dari beragam pelaku startup, mulai dari Pulau Sumatera sampai ke provinsi Kalimantan Utara, sebagai peserta kompetisi HighPitch," tutur Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf Hanifah Makarim dalam keterangan resmi yang diterima, Selasa (3/11/2020).

Mengingat pendaftar yang akan ditutup pada 3 November 2020, Hanifah pun menyerukan agar lebih banyak startup maupun UKM yang mendaftarkan diri dalam kompetisi ini. Sebab, para peserta berkesempatan mengakses sumber permodalan dari Venture Capital yang terlibat sebagai juri dalam kompetisi.

"Walaupun peserta yang mendaftar masih didominasi dari Pulau Jawa, kami mengajak para startup di luar Jawa juga untuk dan mendapatkan kesempatan bertemu dengan sumber pendanaan," tutur Hanifah lebih lanjut.

Namun Hanifah menuturkan peserta yang ingin mendaftarkan diri harus menerapkan sistem atau teknologi dalam model bisnis. Selain itu, peserta juga harus bergerak dalam satu dari 25 sektor industri yang memenuhi kriterian dan persyaratan kompetisi.

Founder UMG IdeaLab Kiwi Aliwarga juga menyebut para startup dalam kompetisi ini tidak hanya akan mendapatkan akses sumber pendanaan, tapi juga membuka kesempatan untuk memperluas jejaring termasuk ide-ide mereka.

"Mengakses sumber pendanaan sebagai bentuk kolaborasi yang bertimbal balik dan berkelanjutan adalah apsek penting dalam industri ini, tapi manfaat lainnya adalah kesempatan memperluas jejaring termasuk knowledge sharing," tutur Kiwi.

Untuk diketahui, kompetisi ini didukung oleh 50 venture capital, seperti Monk's Hill Ventures, East Ventures, Alpha JWC, serta MDI Ventures. Adapun mitra dalam kompetisi ini adalah Amazon Web Services, Compasslist, GK-Plug and Play, Shinhan Future's Lab Indonesia, dan Amvesindo.

52 Startup Indonesia Raih Pendanaan pada Q3 2020

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Di sisi lain, Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) mengungkapkan, startup Indonesia masih mendapatkan pendanaan di tengah pandemi, tetapi jumlahnya memang mengalami penurunan.

Namun, hal ini bukan disebabkan penurunan minat, melainkan akibat pandemi Covid-19. Amvesindo mencatat pendanaan startup di Indonesia per kuartal III 2020 (Q3 2020) mencapai USD 1,9 miliar. Dana tersebut mengalir ke 52 startup.

"Pendanaan sampai kuartal III masih cukup besar, walau mengalami penurunan. Namun, kami melihat ini lebih ke penundaaan daripada penurunan minat," ujar Ketua I Amvesindo, William Gozali, dalam acara diskusi "Mengupas Dinamika dan Tren Pendanaan Startup 2020-2021" pada Senin (2/11/2020).

Startup Indonesia yang mendapatkan pendanaan di tengah pandemi ini merupakan kabar menggembirakan. Startup yang didanai dinilai menunjukkan berpotensi mengubah lansekap industri di new normal, memberikan nilai tambah, serta menyelesaikan masalah yang dihadapi pelanggan dan konsumen.

"Inti dari startup adalah bagaimana mengantisipasi kebutuhan konsumen," tutur William.

Pendanaan startup di Indonesia pada 2017 mencapai USD 2,9 miliar, kemudian pada 2018 turun menjadi USD 1,4 miliar, kemudian kembali tumbuh mencapai USD 2,9 miliar pada 2019.

Kategori Startup

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Startup Indonesia yang tetap mendapatkan pendanaan di tengah pandemi, khususnya perusahaan yang berperan dalam digitalisasi UMKM. Enam kategori startup teratas adalah finansial teknologi (fintech), teknologi pendidikan (edutech), Software as a Services (SaaS), new retail, logistik, dan e-commerce.

Fintech dengan delapan transaksi pendanaan, serta edutech dan SaaS masing-masing enam. Ada lima transaksi pendanaan di kategori new retail, serta empat untuk masing-masing kategori logistik dan e-commerce.

William mengatakan ada beberapa kategori startup dengan peluang pertumbuhan besar pada 2021. Tiga diantaranya adalah kategori beauty, social commerce, dan food-tech.

"Ada ruang besar untuk tumbuh dan memiliki peran penting," katanya.

Selain itu, juga ada sejumlah kategori selama pandemi yang diperkirakan dapat terus memanfaatkan momentum kebiasaan baru. Sektor-sektor tersebut adalah e-health, edutech, e-logistics, dan e-grocery.

(Dam/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya