Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 tak dimungkiri memberi dampak besar bagi sejumlah pengusaha, terlebih para pengusaha usaha mikro kecil menengah (UMKM), termasuk pemilik toko kelontog.
Dalam survei yang dilakukan Warung Pintar, rata-rata penurunan pendapatan toko kelontong hingga angka 28 persen, di mana beberapa lokasi, seperti lokasi komersial, layanan publik, dan sekolah, mengalami penurunan paling drastis hingga lebih dari 80 persen akibat berhentinya aktivitas di lokasi-lokasi tersebut.
Baca Juga
Pembatasan aktivitas itu mengakibatkan disrupsi pada rantai pasok (supply chain) yang menyebabkan ketidakpastian keberadaan barang serta lonjakan harga akibat kelangkaan barang tertentu.
Advertisement
Hal ini juga merupakan imbas dari perubahan perilaku masyarakat terhadap pembelian dan pemilihan barang konsumsi dengan menjadikan warung dan toko kelontong sebagai opsi utama pemenuhan kebutuhan harian.
Ketidaksiapan rantai pasok terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba kemudian berujung pada butterfly effect terhadap penurunan penghasilan (omzet) tulang punggung ekonomi.
CEO dan Co-Founder Warung Pintar, Agung Bezharie Hadinegoro, mengatakan untuk membendung ketidak pastian rantai pasok, perusahaan mengedepankan otomasi di sistem operasional dan hubungan baik dengan para produsen maupun distributor consumer goods.
"Kami berusaha mengedepankan pelayanan terbaik dari segi biaya, ketersediaan stok, serta ketepatan dan kecepatan pengiriman," kata Agung melalui keterangannya, Senin (25/1/2021)
Menjawab kebutuhan toko kelontong, perusahaan pun meluncurkan layanan Grosir Pintar yang saat ini telah memiliki lebih dari 200 mitra grosir.
Grosir Pintar
Dengan Grosir Pintar, menurut Agung, toko kelontong dapat memilih untuk membeli barang dari mitra grosir sehingga pengiriman barang bisa dilakukan dalam waktu 1 hingga 3 jam saja.
"Layanan ini pun membantu memenuhi kebutuhan mendadak yang sering terjadi serta mempermudah kegiatan warung yang memiliki perputaran uang yang terbatas," ucapnya menambahkan.
Berdasarkan hasil riset internal, inovasi supply chain yang diinisiasi oleh Warung Pintar menghasilkan efisiensi dari segi waktu, biaya, serta jaminan atas ketersediaan barang.
Dengan berbelanja di Warung Pintar, para pemilik warung hanya memerlukan maksimal 43 menit untuk memesan barang, berbeda dengan saat berbelanja di pemasok lain yang dapat memakan waktu hingga lebih dari 1 jam.
Kini, pemilik warung juga hanya butuh sekitar 14 jam untuk menunggu pengiriman barang pesanan, bahkan cukup 2.5 jam dengan layanan pengiriman same-day Grosir Pintar. Dengan efisiensi waktu tersebut, para pemilik warung mengaku memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga.
Advertisement
Dari Segi Biaya
Dari segi biaya, para pemilik warung menghemat rata-rata Rp 62 ribu karena tidak perlu bepergian untuk belanja secara offline.
Harga barang yang ditawarkan Warung Pintar pun tergolong kompetitif dibanding pemasok-pemasok lain hingga 20 persen karena rantai distribusi yang lebih pendek dan transparan.
Adapun dari segi ketersediaan barang, Warung Pintar mampu menghadirkan pemenuhan stok warung hingga 95 persen karena otomasi sistem yang memungkinkan Warung Pintar dalam melakukan antisipasi permintaan.
Efisiensi tersebut turut mendorong peningkatan kesejahteraan pemilik warung yang terdaftar di Warung Pintar.
16 persen Juragan tercatat memperoleh pendapatan di atas UMR dan 34 persen Juragan berhasil naik ke atas garis kemiskinan.
(Isk/Ysl)