Jangan Ditiru, 56 Persen Korban Ransomware Cenderung Bayar Uang Tebusan ke Hacker

Laporan Kaspersky menyebut, 56 persen korban ransomware ternyata membayar tebusan kepada penjahat siber. Padahal sebagian besar tidak mendapatkan kembali datanya.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 16 Apr 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2021, 12:00 WIB
Ransomware
Indonesia Kena Serangan Siber, Pakar: Jangan Sepelekan Keamanan. (Doc: PCMag)

Liputan6.com, Jakarta - Kaspersky mengungkap, ternyata 56 persen korban ransomware cenderung mengeluarkan uang untuk membayar tebusan kepada penjahat siber. Hal ini berdasarkan studi global terhadap 15.000 konsumen di dunia pada 2020.

Para korban membayar tebusan untuk mendapatkan kembali akses ke data mereka. Kendati demikian, 17 persen korban percaya, membayar tebusan tidak akan menjamin data yang dikunci kembali dapat diakses.

Ransomware sendiri merupakan jenis malware yang dipakai penjahat siber untuk melakukan pemerasan ke korbannya.

Metode ini dilakukan dengan cara menyimpan data menggunakan enkripsi atau mengunci pengguna dari perangkat mereka. Lalu, penjahat akan meminta bayaran dengan iming-iming datanya dikembalikan.

Nah, dari 56 persen korban yang membayar tebusan, rupanya mereka berusia 35-44 tahun (65 persen), diikuti dengan mereka yang berusia 16-44 tahun (52 persen), dan usia di atas 55 tahun (11 persen).

Meski membayar tebusan tidak menjamin penjahat siber mengembalikan data, sebanyak 29 persen korban mendapatkan kembali akses ke data mereka.

50 persen di antaranya justru kehilangan akses ke beberapa file, 32 persen kehilangan dalam jumlah signifikan, dan 13 persen korban kehilangan seluruh datanya.

Head of Consumer Product Marketing di Kaspersky, Marina Titova mengatakan, temuan ini memperlihatkan ada sejumlah signifikan konsumen yang membayar uang tebusan demi mendapat data kembali.

Kalau Bayar, Praktik Ransomware Terus Ada

Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau Wannacry
Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau yang disebut juga Wannacry (iStockphoto)

"Namun menyerahkan uang tidak menjamin kembalinya data dan hanya mendorong pelaku kejahatan untuk melanjutkan praktir tersebut," kata Titova.

Untuk itulah, Kaspersky selalu menyarankan agar korban ransomware tidak membayar tebusan karena uang itu justru mendukung skema ransomware berkembang.

"Konsumen harus memastikan untuk berinvestasi dalam keamanan dan perlindungan awal perangkat mereka dan secara teratur mem-backup semua data berharga," kata Titova.

Menurutnya hal tersebut akan membuat serangan tersebut jadi kurang menarik dan tidak menguntungkan penjahat siber dan meminimalisasi terjadinya praktik tersebut.

Tips Kaspersky Terkait Ransomware

Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau Wannacry
Ilustrasi Ransomware WannaCrypt atau yang disebut juga Wannacry (iStockphoto)

Berikut rekomendasi Kaspersky terkait dengan serangan ransomware:

- jangan bayar tebusan jika perangkat terkunci, bayar tebusan hanya akan mendorong penjahat siber malanjutkan praktik ini.

- mencoba cari tahu nama dari ransomware trojan, informasi ini dapat membantu ahli keamanan siber mendekripsi ancaman dan mempertahankan akses ke file pengguna.

- kunjungi nonransom.kaspersky.com untuk menemukan deskripsi terbaru, alat penghapus ransomware, dan informasi tentang perlindungan ransomware.

- Hindari klik tautan di email spam atau situs web tidak sah, jangan buka lampiran email dari pengirim tidak dikenal

- jangan pernah memasukkan USB atau perangkat penyimpanan portable lainnya ke komputer jika tidak mengetahui apa isinya

- Lindungi komputer dari ransomware dengan keamanan internet komprehensif, misalnya Kaspersky Internet Security

- Backup data di semua perangkat secara berkala

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya