Google Pecat Engineer yang Klaim AI Punya Perasaan Seperti Manusia

Google mengkonfirmasi pemecatan engineer yang menganggap kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) layaknya manusia itu kepada Engadget.

oleh Iskandar diperbarui 24 Jul 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2022, 13:00 WIB
Ilustrasi Machine Learning, Deep Learning, Artificial Intelligence, Kecerdasan Buatan
Ilustrasi Machine Learning, Deep Learning, Artificial Intelligence, Kecerdasan Buatan. Kredit: Mohamed Hassan via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta Blake Lemoine, seorang engineer yang bekerja di Google selama tujuh tahun akhirnya telah dipecat. Demikian menurut laporan Big Technology.

Google mengkonfirmasi pemecatan engineer yang menganggap kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) layaknya manusia itu kepada Engadget.

Lemoine, yang baru-baru ini menjadi bagian dari proyek Responsible AI Google, berbicara kepada Washington Post pada bulan lalu, dengan klaim bahwa salah satu proyek AI perusahaan diduga punya perasaan layaknya manusia.

AI yang dimaksud, LaMDA (Language Model for Dialogue Applicationsg) diluncurkan secara publik oleh Google tahun lalu sebagai sarana bagi komputer untuk meniru percakapan terbuka dengan lebih baik.

Lemoine tampaknya tidak hanya percaya bahwa LaMDA memiliki perasaan, tetapi secara terbuka mempertanyakan apakah dia juga memiliki jiwa.

Bahkan, dia melanjutkan dengan memberi tahu kepada Wired bahwa dirinya secara tegas percaya bahwa LaMDA adalah seseorang.

Setelah membuat pernyataan itu kepada sejumlah media, tampaknya tanpa izin dari Google, Lemoine mendapat sanksi cuti administratif berbayar.

Google, baik dalam pernyataan kepada Washington Post, dengan tegas menegaskan bahwa AI buatannya sama sekali tidak hidup.

Beberapa anggota komunitas riset AI juga menentang klaim Blake Lemoine. Margaret Mitchell, yang dipecat dari Google setelah menyebut kurangnya keragaman dalam organisasi, menulis di Twitter bahwa sistem seperti LaMDA tidak mengembangkan niat, melainkan "memodelkan bagaimana orang mengekspresikan maksud komunikatif dalam bentuk string teks."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kena Sanksi Google

Google.   Pawel Czerwinski/Unsplash
Google. Pawel Czerwinski/Unsplash

Seorang engineer Google yang bekerja di divisi AI Responsible, Blake Lemoine, mengungkapkan kepada The Washington Post bahwa dia yakin salah satu proyek kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) perusahaan bisa hidup.

Setelah melakukan percakapannya dengan LaMDA (singkatan dari Model Bahasa untuk Aplikasi Dialog), sistem chatbot yang mengandalkan model bahasa Google dan triliunan kata dari internet, diklaim Lemoine memiliki kemampuan untuk memikirkan keberadaannya sendiri.

Usai mendiskusikan pekerjaannya dan aktivitas Google yang tidak etis seputar AI dengan perwakilan komite Kehakiman DPR, Lemoine kena sanksi cuti administratif berbayar karena dinilai melanggar perjanjian kerahasiaan perusahaan.

Mengutip laman Engadget, Selasa (14/6/2022), Google juga dengan tegas menyangkal argumen Lemoine.

"Tim kami, termasuk ahli etika dan teknologi, telah meninjau kekhawatiran Blake Lemoine sesuai Prinsip AI kami dan telah memberi tahu dia bahwa bukti tidak mendukung klaimnya," kata juru bicara Google Brian Gabriel kepada The Washington Post.

Google sekali lagi menegaskan bahwa tidak ada bukti bahwa LaMDA adalah makhluk hidup (banyak bukti yang menentangnya).

Meskipun meyakini bahwa LaMDA secara ajaib telah berubah menjadi makhluk hidup, sayangnya Blake Lemoine tidak memiliki banyak bukti untuk membenarkan pernyataan provokatifnya.

Memang, dia mengakui kepada The Washington Post bahwa klaimnya didasarkan pada pengalamannya sebagai pendeta dan bukan ilmuwan.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Pendapat Filsuf

Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML)
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Pada akhirnya, jauh lebih masuk akal bahwa sistem yang memiliki akses ke begitu banyak informasi dapat dengan mudah merekonstruksi balasan yang terdengar seperti manusia tanpa mengetahui apa artinya, atau memikirkannya sendiri.

Dalam sebuah wawancara tahun 2019 dengan Big Think, Daniel Dennett, seorang filsuf yang telah mengeksplorasi pertanyaan seputar kesadaran dan pikiran manusia selama beberapa dekade, menjelaskan mengapa kita harus skeptis dalam menghubungkan kecerdasan dengan sistem kecerdasan buatan.

"Entitas [AI] ini bukannya merupakan pendeteksi pola yang sangat baik, analis statistik yang sangat baik, dan kita dapat menggunakan produk intelektual ini tanpa mengetahui bagaimana mereka dihasilkan, tetapi harus punya alasan bertanggung jawab yang baik untuk percaya bahwa mereka akan menghasilkan kebenaran paling banyak," papar Dennett.

"Tidak ada sistem komputer di dunia, tak peduli seberapa bagusnya mereka menjawab sebuah pertanyaan atau mengkategorikan gambar, yang bisa hidup hingga hari ini," tambahnya.

Pendiri Google Kembangkan Kapal Udara Bertenaga Listrik, Buat Apa?

Di sisi lain, salah satu pendiri Google, Sergey Brin ternyata punya proyek rahasia. Tidak tanggung-tanggung, proyek rahasianya adalah mengembangkan kapal udara.

Perusahaan risetnya, Lighter Than Air (LTA) tengah mempersiapkan peluncuran riset baru tahun ini. Kini, Sergey Brin mempekerjakan ratusan engineer kedirgantaraan di Silicon Valley dan sebuah lokasi di Akron, Ohio, AS, yang terkenal dengan kapal udara Goodyear-nya.

Brin dikabarkan berencana membangun kapal udara untuk misi kemanusiaan ke daerah terpencil atau daerah bencana.

Mengutip Gizchina, Senin (6/6/2022), LTA didirikan pada 2014. Selanjutnya, Sergey Brin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai eksekutif di Alphabet, perusahaan induk Google, pada 2019.

LTA bermarkas di Moffet Airport di San Francisco Bay Area. Lokasi ini adalah sebuah fasilitas yang dimiliki oleh NASA dan disewakan ke LTA. Lokasi kantor LTA jaraknya lumayan dekat dengan kantor Google.

LTA berupaya mengembangkan kembali kapal udara abad-21 dengan penerbangan nol-emisi. Kapal udara pertama milik perusahaan, Pathfinder 1 memiliki panjang 120 meter dijadwalkan untuk memulai uji terbang di Silicon Valley tahun ini.

Pada saat yang sama, LTA juga mengembangkan kapal udara yang lebih besar, Pathfinder 3 di Akron. Kapal udara ini memiliki panjang 185 meter dan ketika selesai akan mampu membawa 96 ton beban serta memiliki jangkauan hingga 16.000 kilometer.

Sekadar informasi, upaya perekrutan LTA di Akron selama beberapa bulan ke depan bisa melipatgandakan jumlah karyawan perusahaan menjadi lebih dari 400 orang, untuk proyek ini.

Laporan yang sama mengungkap, Pathfinder 1 akan tetap terbang dengan helium, karena helium tidak mudah terbakar ketimbang hidrogen. Sementara, kapal udara ini akan beroperasi dengan baterai listrik yang menghasilkan nol emisi.

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya