Liputan6.com, Jakarta - Snap, induk perusahaan Snapchat, berencana untuk mem-PHK karyawannya. Demikian menurut informasi dari dua orang yang mengetahui rencana tersebut.
Pemutusan hubungan kerja (PHK karyawan) direncanakan setelah perusahaan belum lama ini mengumumkan hasil pendapatan yang mengecewakan. Disebutkan, harga saham Snap berada di posisi terendahnya.
Baca Juga
Mengutip The Verge, Selasa (9/8/2022), belum diketahui berapa banyak karyawan Snap yang akan di-PHK. Namun, Snap memiliki lebih dari 6.000 karyawan. Kini, para manajer di seluruh tim masih mengkalkulasi jumlah karyawan yang akan dikenakan PHK.
Advertisement
Juru bicara Snap, Russ Caditz-Peck, menolak berkomentar atas informasi ini.
Sekadar informasi, bisnis Snap memang berada dalam situasi yang cukup sulit karena dua hal. Pertama karena Apple memperkenalkan tools permintaan agar aplikasi tidak melacak informasi (Ask App Not to Track).
Diperkirakan, mayoritas pemilik iPhone memilih "Ya", sehingga mempersulit perusahaan seperti Snap untuk melakukan pelacakan.
Faktor kedua adalah pelambatan ekonomi yang masif. Hal ini membuat harga saham Snap maupun perusahaan lainnya turun. Snap tercatat hanya satu kali untung di sebuah kuartal sejak IPO pada 2017.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bukan Pertama Kalinya PHK Karyawan
Sebelumnya, Snap pernah memecat karyawannya pada 2018, yakni saat Snap belum pulih dari dampak redesain aplikasi yang dieksekusi dengan buruk.
Sejak saat itu, basis pengguna Snapchat berkembang menjadi 347 juta pengguna harian, melampaui Twitter. Meski jumlah pengguna bertambah, perusahaan terus berjuang membangun bisnis iklan yang signifikan dan menguntungkan.
Upaya Sanp menjual hardware seperti drone selfie seharga USD 230 tidak berhasil. CEO Snap Evan Spiegel berkata ke karyawan, perusahaan akan memangkas perekrutan dan menghemat biaya.
Snap bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang melakukan PHK terhadap karyawannya. Twitter, TikTok, dan sejumlah perusahaan teknologi lainnya sudah mengumumkan akan mem-PHK karyawan atau menghentikan perekrutan dalam beberapa bulan mendatang.
Bahkan, pesaing Snap yang jauh lebih besar dan menguntungkan, yakni Meta mengurangi jumlah rekrutannya dan memperingatkan karyawan tentang kondisi ekonomi yang lebih sulit di masa depan.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Sebelumnya Twitter PHK Karyawan
Bicara soal PHK karyawan di perusahaan teknologi, sebelumnya Twitter telah memberhentikan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada hampir 100 karyawan. Perusahaan memangkas 30 persen dari tim rekrutmennya, mencakup perekrut dan staf yang ditugaskan untuk merekrut karyawan baru.
Menurut laporan The Wall Street Journal, seperti dikutip dari Engadget, Senin (11/7/2022), Twitter mengatakan kurang dari 100 karyawan telah diberhentikan dan hanya tim rekrutmen yang terpengaruh.
Dalam sebuah posting di LinkedIn, Ingrid Johnson, seorang perekrut teknis senior di Twitter, menulis bahwa itu adalah hari yang sangat sulit.
“Ada orang-orang yang kehilangan pekerjaan mereka yang telah bekerja lebih dari satu dekade,” tulisnya.
“Jika Twitter telah memilih untuk menghabiskan miliaran potensial untuk menggugat Elon dan mempertahankan harga saham yang digelembungkan secara palsu dengan mengorbankan orang-orang yang memberikan hidup mereka untuk membangun perusahaan, itu adalah kisah yang lebih tragis lagi,” paparnya.
Perusahaan Lain yang Lakukan PHK
Twitter sebelumnya telah mengumumkan pembekuan perekrutan, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memotong biaya terkait penyelesaikan akuisisi oleh Elon Musk.
Twitter bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang baru-baru ini memangkas jumlah lowongan kerja atau memberhentikan karyawan. Meta bahkan mengaku akan memperlambat perekrutannya karena krisis ekonomi.
Selain itu, Netflix, Unity, Coinbase, Paypal, dan Tesla juga belum lama ini melakukan PHK terhadap karyawannya.
Di sisi lain, Elon Musk mengumumkan dirinya batal membeli Twitter seharga USD 44 miliar atau sekitar Rp 659 triliun.
CEO Tesla itu menyebutkan, Twitter telah membuat pernyataan yang menyesatkan atas jumlah bot spam di platform jejaring sosial tersebut.
"Terkadang Twitter mengabaikan permintaan Elon Musk, terkadang menolaknya karena alasan yang tampaknya tidak dapat dibenarkan," tulis pengacara Musk, Mike Ringler, sebagaimana dikutip dari NPR, Sabtu (9/7/2022).
(Tin/Ysl)
Advertisement