Jelang Pemilu 2024, Yuk Kenali Ciri-Ciri Akun Penyebar Hoaks dan Provokator di Media Sosial

Berikut sejumlah tips untuk mengenali akun penyebar hoaks atau provokator di media sosial.

oleh Iskandar diperbarui 08 Nov 2022, 11:31 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2022, 11:30 WIB
Ilustrasi Hoax
Ilustrasi Hoax. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Liputan6.com, Jakarta Menjelang pesta demokrasi Pemilu 2024, sejumlah orang tak bertanggung jawab, umumnya menjadikan sarana ruang digital (khususnya media sosial) untuk menciptakan polarisasi atau menyebarkan ujaran kebencian demi kepentingan tertentu.

Jika terus dibiarkan, upaya tersebut bisa memperkeruh suasana dan memecah-belah persatuan. Polarisasi dan ujaran kebencian bisa dilawan dengan memperbanyak konten dan narasi positif di ruang digital.

Dalam webinar bertema 'Ancaman Polarisasi dan Hate Speech di Ruang Digital Jelang Pesta Demokrasi' di Makassar, belum lama ini, Dosen STIKOSA AWS Surabaya M Adhi Prasnowo menjelaskan pentingnya menguatkan kecakapan digital untuk menuju pesta demokrasi dengan mengedepankan politik identitas yang elegan serta berliterasi politik yang berkualitas.

"Seiring tingginya penetrasi internet, termasuk media sosial, hal tersebut menjadi salah satu medium penting meramaikan pesta demokrasi. Namun, tak jarang media tersebut digunakan untuk menyebar hoaks atau ujaran kebencian antar kontestan pesta demokrasi," katanya, dikutip Selasa (8/11/2022).

Pada webinar yang digelar Kemkominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi ini, Adhi membagikan sejumlah tips untuk mengenali akun tersebut, termasuk akun penyebar hoaks atau provokator di media sosial.

"Cirinya adalah akun baru dibuat, foto profil tidak asli, lini masa sosialnya selalu bertema politik, statusnya hanya menyerang satu tokoh tertentu, serta jangan terkecoh gelar yang digunakan si pemilik akun,” ucapnya mengungkapkan.

Agar terhindar menjadi korban provokasi atau ujaran kebencian, Adhi menyarankan agar cermat dan tenang dalam menerima kabar atau membaca berita.

Selanjutnya, rajin untuk memeriksa fakta sembari memeriksa keaslian situs yang membawa berita tersebut. Upaya lainnya adalah aktif di beberapa grup diskusi.

 

Lakukan Perlawanan

banner Hoax
banner Hoax (Liputan6.com/Abdillah)

Meski provokasi dan ujaran kebencian akan kian menguat menjelang pesta demokrasi, menurut dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muslim Indonesia Makassar Izki Fikriani Amir, bukan berarti hal tersebut tidak bisa dicegah atau diminimalkan.

Generasi muda bisa menangkal polarisasi dan ujaran kebencian di ruang digital. Caranya adalah dengan melakukan perlawanan lewat konten-konten positif pencegahan polarisasi dan pencegahan ujaran kebencian di media sosial.

“Generasi muda bisa membuat narasi-narasi positif tentang pentingnya menjaga persatuan dan melawan ujaran kebencian dan ikut mensosialisasikan penangkalan ujaran kebencian dan menangkal polarisasi di ruang digital,” katanya.

Sementara itu, CTO bahaso.com Anwar Sadat mengungkapkan, etos berbudaya digital menjelang pesta demokrasi harus terus digalakkan.

Kesadaran untuk bertanggung jawab menyebar konten tetap dijaga, seperti tidak melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan, dan pemerasan.

Lalu, tidak menyebarkan berita bohong yang menyesatkan dan tidak menebar kebencian yang memupuk permusuhan.

“Selalu berpikir kritis dan tidak mudah percaya dengan apa yang kita dapat di internet. Jaga ruang digital kita ini untuk nyaman berekspresi,” tuturnya.

 

 

 

Infografis Cek Fakta: Waspada Terpapar Hoaks Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah).

Infografis Cek Fakta: Waspada Terpapar Hoaks Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah).
Infografis Cek Fakta: Waspada Terpapar Hoaks Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya