Meta Tanggapi Dugaan Kebocoran 487 Juta Nomor Pengguna WhatsApp

Meta angkat bicara setelah sempat beredar kabar soal dugaan dijualnya hampir 500 juta nomor telepon pengguna WhatsApp dari seluruh dunia.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 28 Nov 2022, 12:18 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2022, 12:16 WIB
Ilustrasi WhatsApp dan aplikasi pesan instan. Dimitri Karastelev/Unsplash
Ilustrasi WhatsApp dan aplikasi pesan instan. Dimitri Karastelev/Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Meta pada hari Minggu membantah laporan media yang menyebutkan adanya kebocoran database berisi nomor telepon hampir 500 juta (tepatnya 487 juta) pengguna WhatsApp.

Kepada South China Morning Post, dikutip Senin (28/11/2022), juru bicara Meta mengatakan laporan itu "spekulatif" dan berdasarkan "tangkapan layar yang tidak berdasar."

Perusahaan asal Amerika Serikat itu juga menambahkan, mereka tidak menemukan bukti kebocoran data pada sistem WhatsApp.

Juru bicara Meta juga menekankan, perusahaan menanggapi tuduhan tentang pelanggaran keamanan layanannya dengan sangat serius, dan sudah mengambil langkah segera untuk menyelidiki lebih lanjut klaim dalam artikel tersebut.

Platform messaging itu menambahkan, beberapa nomor telepon dalam laporan berita itu mungkin memang terkait dengan akun WhatsApp, tetapi tidak ada informasi pengguna lainnya.

"Kami tidak memiliki informasi tentang bagaimana seharusnya daftar nomor telepon dikumpulkan atau sejauh mana daftar itu berisi nomor telepon Hong Kong," kata juru bicara itu. Dia menambahkan, ada banyak cara menyusun daftar nomor telepon online.

Sebelumnya, seorang hacker mengklaim telah meretas dan mencuri 487 juta data pengguna WhatsApp, dan menjualnya di forum komunitas peretasan terkenal.

Mengutip Cybernews, Minggu (27/11/2022), data tersebut berisikan informasi dan nomor pengguna WhatsApp dari 84 negara, termasuk Indonesia.

Diketahui, nomor WhatsApp dari negara Mesir yang bocor mencapai 44,8 juta dilanjutkan dengan Italia sebanya 3,6 juta nomor. Adapun nomor dari Amerika Serikat sebanyak 32,3 juta, Prancis, 1,8 juta, dan Turki di angka 19,6 juta.

 

Digunakan untuk Aksi Phishing

Ilustrasi aplikasi WhatsApp
Ilustrasi aplikasi WhatsApp. (Photo by Dima Solomin on Unsplash)

Lalu, bagaimana dari Indonesia?

Walau tidak mencapai puluhan juta, tercatat ada sekitar 130.331 nomor WhatsApp pengguna di Indonesia yang ikut dijual oleh pelaku kejahatan.

Pelaku kejahatan siber tidak secara jelas tentang bagaimana cara mendapatkan data tersebut, dan berapa harga seluruh nomor WhatsApp tersebut.

Dalam salah satu postingannya, pelaku dapat menjual nomor WhatsApp curian tersebut berdasarkan negara yang diminta. Adapun, informasi ini kebanyakan digunakan pelaku kejahatan untuk melancarkan aksi phising berbentuk SMS atau voice (suara).

WhatsApp dilaporkan memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif bulanan secara global. Diyakini, nomor WhatsApp ini didapatkan pelaku dengan cara memanen data tersebut dari pihak ketiga.

Meta sendiri diketahui sering mendapatkan kritik dari sejumlah pihak, karena masih membiarkan pihak ketiga untuk mengumpulkan dan menggunakan data pengguna.

"Di zaman ini, kita semua meninggalkan jejak digital yang cukup besar--dan seharusnya perusahaan seperti Meta mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi data tersebut" kata kepala riset Cybernews, Mantas Sanauskas.

Facebook Akan Hapus Informasi Pandangan Politik dan Agama

Fakta unik dan langka (1)
Logo Facebook. (Sumber Pixabay)

Di sisi lain, media sosial di bawah Meta, Facebook, menyatakan mereka akan menghapus beberapa bagian informasi pribadi mulai 1 Desember 2022.

Beberapa informasi yang akan dihilangkan dari profil termasuk agama, pandangan politik, alamat, dan "tertarik pada" yang menunjukkan orientasi seksual pengguna.

Pengumuman tentang perubahan ini pertama kali dilihat oleh konsultan media sosial Matt Navarra di Twitter. Ia mengunggah tweet berisi tangkapan layar dari pemberitahuan dikirim ke pengguna, sudah mengisi informasi-informasi tersebut.

Pemberitahuan juga menunjukkan informasi pengguna lainnya akan tetap ada di profil mereka, bersama dengan kontak dan informasi dasar lainnya.

 

Agar Lebih Mudah Digunakan

Ilustrasi Facebook
Ilustrasi Facebook. (Gambar oleh Firmbee dari Pixabay)

Juru bicara perusahaan kepada TechCrunch, dikutip Selasa (22/11/2022), juga telah mengonfirmasi perubahan ini. Tujuannya, adalah untuk membuat jejaring sosial milik Meta itu, jadi lebih mudah digunakan.

"Sebagai bagian dari upaya kami untuk membuat Facebook lebih mudah dinavigasi dan digunakan, kami menghapus beberapa bidang profil: Ketertarikan, Pandangan Keagamaan, Pandangan Politik, dan Alamat," ujarnya.

Facebook menambahkan, pemberitahuan dikirimkan kepada mereka yang sudah mengisi kolom tersebut, dan mengatakan bahwa bidang-bidang itu akan dihapus.

"Perubahan ini tidak memengaruhi kemampuan siapa pun untuk membagikan informasi tentang diri mereka di tempat lain di Facebook," imbuh juru bicara perusahaan.

(Dio/Isk)

Infografis Journal_ Sisa Makanan Jadi Sampah Dominan di Indonesia
Infografis Journal_ Sisa Makanan Jadi Sampah Dominan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya