Investasi untuk Cloud Computing dan Keamanan Siber Diprediksi Meningkat pada 2023

Meski kondisi ekonomi penuh tantangan, investasi untuk cloud computing dan keamanan siber, diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2023

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 05 Jan 2023, 07:30 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2023, 07:30 WIB
Ilustrasi Server, Cloud Server, Cloud Hosting
Ilustrasi Server, Cloud Server, Cloud Hosting. Kredit: Colossus Cloud via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan layanan cloud, keamanan siber, dan content delivery network (CDN) Akamai Technologies mengatakan, investasi untuk cloud computing (komputasi awan) dan keamanan siber akan meningkat pada 2023.

Hal itu diungkapkan dalam prediksi 2023, serta pengamatan perusahaan mengenai sejumlah persoalan utama di bidang komputasi cloud dan keamanan siber oleh Akamai.

Dalam keterangan tertulisnya, perusahaan menyebutkan, meski kondisi ekonomi penuh tantangan, investasi untuk komputasi cloud dan keamanan siber diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2023.

Menurut Gartner, belanja untuk layanan cloud di seluruh dunia diperkirakan mencapai USD 590 miliar pada 2023, atau naik 20,7 persen dibandingkan tahun 2022.

Namun, investasi untuk cloud bisa menurun jika anggaran TI secara keseluruhan menyusut, mengingat cloud memegang porsi terbesar dari pengeluaran TI dan angkanya proporsional dengan pertumbuhan anggaran.

Gartner juga memprediksi, belanja untuk produk serta layanan keamanan informasi dan manajemen risiko akan meningkat 11,3 persen, mencapai lebih dari USD 188,3 miliar di tahun 2023.

Hal ini didorong meningkatnya penerapan model kerja remote dan hybrid, transisi dari VPN ke akses jaringan dengan keamanan zero trust dan pergeseran ke model penyediaan layanan berbasis cloud.

Executive Vice President dan Chief Technology Officer Akamai, Dr. Robert Blumofe, juga mengamati sejumlah persoalan utama di bidang komputasi cloud dan keamanan siber secara global, dan juga Asia Pasifik dan Jepang.

Blumofe, dikutip dari siaran pers, Kamis (5/1/2023), mengungkapkan beberapa prediksinya. Prediksi pertama, menurut Blumofe, ketidakpastian ekonomi di 2023, akan mendorong inovasi.

 

Kondisi Ekonomi Dorong Inovasi

Ilustrasi Internet, Digital, Gaya Hidu Digital
Ilustrasi Internet, Digital, Gaya Hidup Digital. Kredit: Nattanan Kanchanaprat via Pixabay

Menurutnya, kondisi ekonomi makro saat ini akan mendorong banyak perusahaan untuk berpikir kreatif dalam hal biaya dan model bisnis, serta mendorong perubahan besar baik dalam pengeluaran maupun inovasi.

"Terkait biaya, banyak perusahaan akan mengevaluasi pengeluaran mereka untuk layanan cloud dan mencari cara untuk mengurangi lonjakan biaya," ujarnya melalui siaran tertulis.

Lebih lanjut, ketidakpastian ekonomi juga akan mendorong eksperimentasi model bisnis guna meningkatkan pendapatan.

Awal perubahan ini juga sudah bisa dilihat di Asia, terutama di sektor ritel.Banyak perusahaan bereksperimen dengan model perdagangan secara live dan video pendek untuk menarik minat dan meningkatkan penjualan.

Menurut Blumofe, diperkirakan bahwa Asia akan terus berada di depan, dalam tren video pendek, saat tren semacam ini meluas ke wilayah-wilayah lain.

Prediksi berikutnya adalah, dampak nyata dari serangan siber akan semakin signifikan.

 

Serangan Siber

Ilustrasi Keamanan Siber, Enkripsi. Kredit: Pixabay/geralt-9301
Ilustrasi Keamanan Siber, Enkripsi. Kredit: Pixabay/geralt-9301

Akamai menyebut, serangan siber semacam ransomware dan DDoS terhadap lembaga-lembaga penting pemerintah, perusahaan, dan infrastruktur, akan terus berlanjut dan mungkin memburuk di tahun 2023.

Medan perang berikutnya adalah infrastruktur nyata atau fisik, termasuk kota, pabrik, dan rantai pasokan. Blumofe mengingatkan, serangan siber tidak hanya berdampak terhadap data Anda, atau sebuah komputer yang belum pernah didengar.

"Namun juga berdampak pada kemampuan Anda untuk mendapatkan bahan bakar minyak, membeli kebutuhan sehari-hari, dan layanan kesehatan yang aman," ujarnya.

Mengingat solusinya yang kompleks dan beragam, dibutuhkan kerja sama sektor publik dan swasta, serta investasi besar untuk mengamankan rantai pasokan software.

Perlu juga diterapkan prinsip least privilege (memberi akses kepada pengguna seperlunya saja), sebagai filosofi keamanan inti di semua industri.

 

Metaverse dan Dampak Lingkungan dari Internet

Ilustrasi VR, Virtual Reality, VR Headset, Virtual Reality Headset
Ilustrasi VR, Virtual Reality, VR Headset, Virtual Reality Headset. Kredit: Jan Vašek (JESHOOTS-com) via Pixabay

Blumofe juga mengungkapkan, di 2023, hype metaverse mungkin akan runtuh di dunia nyata. Dunia digital yang melingkupi semua hal, menurut Blumofe, mungkin akan terwujud suatu hari nanti. Namun, realitas semacam ini masih jauh di depan.

Blumofe pun mengatakan untuk jangka pendek, metaverse akan lebih seperti game yang sangat interaktif.

"Kemajuan besar dalam komputasi dan teknologi bisa kita kenakan (wearable) harus terwujud terlebih dahulu sebelum metaverse sesungguhnya bisa dibangun," tulis Blumofe.

Prediksi terakhir adalah mengenai fokus yang lebih besar, untuk mengurangi dampak lingkungan dari operasional internet. Negara-negara di Asia Pasifik sendiri, ingin menurunkan emisi karbon mereka.

Semua organisasi atau perusahaan, akan berupaya meningkatkan efisiensi operasional internet, yang saat ini meningkatkan konsumsi energi dan biaya dari aktivitas penyimpanan, pemrosesan, dan transfer data.

"Tren ekonomi makro saat ini dan tekanan biaya terkait bisa semakin mengakselerasi tren ini," pungkasnya.

(Dio/Ysl)

Cek Fakta Infografis pencurian data 3
Cek Fakta Infografis pencurian data 3
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya